Allah ingin mendapatkan sekelompok orang menjadi umat-Nya. Orang yang menjadi umat Allah bukan orang yang sembarangan. Mereka harus memiliki pengalaman Abraham, ditambah pengalaman Ishak, ditambah pengalaman Yakub. Sebab itu terlebih dahulu kita melihat pengalaman Abraham.
Abraham merupakan permulaan pekerjaan pemulihan Allah. Allah perlu memulihkan kerena sejak kejatuhan manusia pertama, Adam, dalam dosa ada satu garis dosa yang terus turun. Sekalipun sebelum Abraham ada Habel, Henokh, dan Nuh yang baik secara perorangan namun tidak bisa membereskan situasi dosa. Ada tiga hal yang menunjukan bahwa Abraham adalah permulaan pekerjaan pemulihan ini. Pertama, melalui Abraham, Juruselamat datang. Penebusan telah dirampungkan oleh Tuhan Yesus yang melaluinya Allah akan melakukan penyelamatan. Sebab itu, permulaan Perjanjian Baru yang menyinggung tentang Injil, dimulai dari Abraham. Pemulihan Allah masih berlanjut sampai hari ini, bahkan sampai Kerajaan seribu tahun pun masih akan berlanjut. Kedua, Tuhan Yesus menganggap Abraham sebagai titik permulaan dengan mengatakan kepada orang Yahudi bahwa nenek moyang mereka adalah Abraham, bukan Adam (Yoh. 8:37, 56). Ketiga, Alkitab mencatat bahwa Abraham adalah bapa semua orang yang percaya Tuhan (Rm. 4:11, 16).
Sebab itulah pelajaran pertama untuk menjadi umat Allah adalah belajar pelajaran dari Abraham. Tujuan dan proses Allah memanggil Abraham berbeda dengan tokoh-tokoh Alkitab sebelumnya. Abraham seorang yang tinggal di Ur-Kasdim dan berasal dari keluarga yang menyembah berhala (Yos. 24:2), namun Allah memanggilnya. Ketika Allah memanggil Abraham, Allah dengan jelas memberitahu dia, untuk apa Allah memanggil dia. Inilah yang membedakan panggilannya. Tujuan pemilihan dan pemanggilan Abraham ada tiga: Pertama, pergi ke negeri yang Allah tunjukkan kepadanya. Kedua, supaya ia menjadi bangsa yang besar. Ketiga, olehnya semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Tujuan pertama, “Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini, ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.” (Kej. 12:1). Dalam perintah ini terdapat dua aspek. Di aspek negatif, supaya la meninggalkan negeri, sanak saudara, dan rumah bapanya, supaya ia menjauhi perkara melayani berhala. Di aspek positif, ia pergi ke tempat yang ditunjuk oleh Allah, yaitu pergi ke tanah Kanaan, melayani Tuhan langit dan bumi, Allah Yang Mahatinggi. Tujuan Allah mendapatkan orang-orang menjadi umatNya ialah agar dari diri mereka Allah mendapatkan satu jalan, sehingga kekuasaanNya dan kehendakNya bisa terlaksana di bumi seperti di sorga (Mat. 6:9-10).
Kedua, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu termasyhur. . .” (Kej. 12:2). Allah memanggil Abraham dengan maksud memilih dia dan keturunannya menjadi umat-Nya. Dalam Perjanjian Lama ada kerajaan Israel. Bila musuh orang Israel melawan orang Israel, mereka harus berhadapan dengan TUHAN, karena orang Israel selalu bersama TUHAN. Allah menaruh diriNya ke dalam umatNya. Diri Allah, kemuliaan Allah, kekuasaan Allah, kekuatan Allah, semua ditaruh di dalam umat-Nya (2 Raj. 18:34-35). Dalam Perjanjian Baru, gerja adalah umat Allah. Kisah Para Rasul 15:14 mengatakan, “Allah menunjukkan rahmatNya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi namaNya.” Hari ini semua kesaksian Allah, semua pekerjaan Allah, semua kehendak Allah, ditaruh di dalam gereja.
Ketiga, “Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej. 12:3). Allah menaruh kasih karuniaNya, kekuasaanNya dan kekuatanNya di atas orang ini, kemudian disalurkan kepada semua orang. Inilah prinsip terpilihnya Abraham. Sebab itu, Abraham sendiri harus mengalami banyak peristiwa, harus dari Allah mendapatkan banyak barang, kemudian baru bisa membagikannya kepada orang lain. Maka tidak heran Abraham melalui begitu banyak kesulit¬an, melalui begitu banyak perkara, hanya dengan demikianlah orang lain baru bisa mendapatkan bantuan dari dirinya, dan bisa mendapatkan faedah. Abraham mengenal Allah, sebab itu ia bisa menjadi bapa orang yang percaya. Kita harus tahu, semua pekerjaan Roh Kudus dimulai dari kelahiran. Allah membawa seseorang pada tahap percaya, supaya orang itu menjadi orang yang percaya, lalu dari orang itu, melahirkan banyak orang yang percaya. Melahirkan adalah prinsip pekerjaan rohani.
Sekarang pelajaran apa yang bisa diambil dari proses panggilan Abraham. Alkitab mencatat dua kali Allah memangil Abraham: di Ur-Kasdim dan di Haran. Pada panggilan pertama Allah yang Mahamulia menampakan diri kepada Abraham (Kis. 7:2). Karena Allah yang Mahamulia itu menyatakan diri kepadanya, maka ia bisa percaya. Pelajaran pertama untuk Abraham adalah mengenal Allah sebagai pemrakarsa, bukan dia yang memulai (bd. Rm. 9:16). Selanjutnya kita harus memperhatikan perkataan ini: “Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, istri Abraham anaknya; ia berangkat bersama-sama mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan.” Inilah pernyataan iman yang pertama dari Abraham. Ia tidak lebih tinggi daripada kita. Allah berkata kepadanya, “Tinggalkanlah negerimu ini”. Apakah ia meninggalkan? Ya, ia meninggalkan. Allah berkata, “Tinggalkanlah sanak keluargamu.” Apakah dia meninggalkan? Meninggalkan sebagian! Karena Lot masih mengikutinya. Allah berkata kepadanya, “Tinggalkanlah rumah bapamu.” Abraham tidak hanya tidak meninggalkan, malah membawa ayahnya pergi; bahkan perginya Abraham bukan karena ia yang menentukan, melainkan ayahnya yang menentukan. “Terah membawa Abram, anaknya.” Sebab itu permulaan Abraham sangatlah biasa. la hanya percaya, dan ingin taat, tetapi dia tidak bisa taat sepenuhnya. la ingin taat, sebab kalau tidak taat, ia merasa tidak damai, merasa tidak benar. la ingin pergi, tetapi tidak pergi dengan tuntas. la tidak berbeda dengan kita. Sebab di antara kita tidak boleh ada satu pun yang putus asa, mengira dirinya tidak becus, tidak ada harapan. Mengapa banyak perkara yang Allah tuntut Abraham tinggalkan? Allah menghendaki Abraham menjadi bejana yang mahal, karena itu permintaan Allah terhadapnya tentu lebih banyak daripada orang lain. Sebab itu, sekali-kali janganlah kita salah paham, terhadap cara pemberesan Allah terhadap diri kita. Jika Allah terhadap seseorang mempunyai latihan yang khusus, itu karena Allah menghendaki dia mempunyai fungsi yang khusus. Fungsi yang khusus berasal dari latihan yang khusus. Sebab itu, jangan merasa tidak terima, tidak puas. Ada satu perkara yang bodoh, yaitu tidak taat di bawah tangan Allah, dan terus bertanya kepada Allah, “Mengapa demikian? Mengapa Allah berbuat itu?”
Terhadap panggilan kedua di Haran, Allah kembali mengulang kembali apa yang dikatakan dalam panggilan pertama. Panggilan pertama hanya membawanya sampai di tengah jalan; panggilan kedua baru membawanya masuk ke tanah Kanaan. Kita harus bersyukur kepada Allah, karena Allah tidak lepas tangan! Penyataan diri Allah kepada Abraham memperlihatkan kepada kita, meskipun sejarah kejatuhan manusia sudah berlangsung lima ribu tahun, dan menurut pandangan manusia seolah-olah Allah sudah gagal, tetapi Allah tidak gagal. Perkara beroleh selamat sulit sekali kita lupakan, tetapi visi sebagai pelayan mudah sekali kita lupakan, mudah sekali kita abaikan. Tidak usah dikatakan yang lain, asal dalam pelayanan kepada Allah agak repot sedikit, mudah sekali kita lupa pelayanan kita, mudah sekali melupakan tujuan Allah yang sebenarnya. Abraham melupakan panggilan Allah terhadapnya, sebab itu Allah perlu sekali lagi berkata kepadanya. Itulah sebabnya di Haran Allah perlu berkata kepadanya lagi dan mengucapkan perkataan yang sama.
Referensi: Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Watchman Nee, Yayasan Perpustakaan Injil