Muridnya
Diselamatkan melalui Watchman Nee
Saya pertama kali bertemu Watchman Nee di Chefoo, provinsi Shantung, pada musim panas tahun 1935. Saya saat itu berusia dua puluh satu tahun. Saya dibesarkan dalam keluarga Kristen dan bersekolah di sekolah Kristen. Meskipun kakek dari ibu saya adalah seorang pendeta Free Methodist, kekristenan meninggalkan kesan yang buruk bagi saya, dan saya menjadi seorang ateis. Namun, Allah sangat baik kepada saya, dan menyebabkan saya bertemu dengan Watchman Nee dan Witness Lee. Melalui mereka, saya menerima keselamatan.
Bibi saya, yang sangat khawatir untuk keselamatan saya, menemukan kesempatan untuk memperkenalkan saya kepada Watchman Nee di ruang tamu Witness Lee. Dia mulai memberitakan Injil kepada saya, dan kami berdebat tentang keberadaan Allah. Dia memberikan banyak alasan untuk membuktikan keberadaan Allah, tetapi saya berpendapat bahwa karena saya tidak bisa melihat Allah, saya tidak bisa percaya pada-Nya. Kemudian dia bertanya, “Apakah kamu bisa melihat segalanya dengan matamu? Apakah kamu menyangkal keberadaan sesuatu hanya karena kamu tidak bisa melihatnya? Misalnya, ada gelombang listrik dan udara di ruangan ini. Bisakah kamu menyangkal keberadaan mereka? Allah bukan fisik; Allah adalah Roh. Kamu tidak bisa menghubungi Allah dengan matamu; kamu harus menggunakan jiwamu. Jika kamu mencari Allah dengan rohmu, kamu akan menemukannya.” Kemudian saya bertanya, “Bagaimana cara saya menghubungi Allah dengan rohku?” Jawabannya adalah, “Hanya berbicara kepada Allah dari dalam, sesuai dengan kebutuhan dan perasaan batinmu.”
Saya pulang dan mulai berdoa sesuai dengan instruksinya. Terima kasih Tuhan! Dia menjawab doaku dan mengubah saya dari dalam. Minggu berikutnya, saya menghadiri pertemuan. Witness Lee memberitakan Injil. Katanya sangat kuat sehingga Tuhan bisa menaklukkan saya, menyelamatkan saya, dan menyatakan keselamatan saya dengan jelas.
Dibantu melalui Publikasinya
Setelah diselamatkan, saya merahasiakan diri saya kepada Tuhan. Tuhan begitu manis dan mustika bagi saya sehingga saya relameninggalkan dunia dan melayani-Nya selama sisa hidup saya. Setelah itu selama dua belas tahun saya tidak melihat Watchman Nee, tetapi terus menerima banyak bantuan melalui publikasi rohani-nya.
Dilatih oleh Watchman Nee
Saya adalah salah seorang yang dilatih oleh saudara Watchman Nee dalam sidang latihan pertama di bukit Kuling, Foochow, pada tahun 1948. Saya ikut sidang latihan itu selama hampir empat bulan dan menerima bantuan yang sangat besar darinya. Dalam suatu kesempatan, setelah saya bersaksi, dia memberi komentar/penilaian sebagai berikut:
“Saudara Chang, Anda berkata, bahwa dalam hal rohani adakalanya Anda tidak bisa bangun dan di dalam terasa kering. Saya harap mulai sekarang Anda tidak lagi mempedulikan semua perasaan itu; baik Anda merasa kering atau tidak, jangan peduli. Serahkan saja diri Anda ke dalam tangan Tuhan dan percayalah bahwa Dia mampu, demikian dengan sendirinya Ia akan membawa Anda melampaui hal itu. Banyak kesulitan yang tidak bisa kita atasi sendiri. Namun, ketika kita memandang dan mendekat kepada Tuhan, kesulitan itu akan lewat.
Ada satu perumpamaan tentang kelabang. Suatu hari, seekor kelabang hendak berjalan. Ia memandang kakinya dan berpikir, kaki yang keberapa yang harus dilangkahkan dulu. Kaki yang kiri dulu atau kaki yang kanan dulu? Yang kedelapan atau yang kesepuluh dulu? Kelabang itu terus memikirkannya; hasilnya, kesulitan dalam pikiran menjadilah kesulitan dalam pelaksanaan. Akhirnya, terbitlah matahari. Kelabang itu segera bergerak ke arah terang matahari tanpa memikirkan kaki yang mana yang harus digerakkan lebih dulu. Ia melupakan bagaimana caranya berjalan dan langsung berjalan. Bila kesulitan pikiran tidak ada lagi, kesulitan pelaksanaannya juga akan lenyap.
Semakin Anda mencoba menanggulangi kekeringan, tekanan dan rasa kempis di dalam Anda, Anda akan semakin tidak bisa mengatasinya. Hal-hal itu menjadi suatu persoalan karena Anda sendiri yang membuatnya menjadi persoalan. Jika Anda melupakan hal-hal itu dan membiarkannya lewat, hal-hal itu akan lenyap.
Adakalanya suatu kesulitan bisa diatasi dengan peperangan, tetapi adakalanya kesulitan itu bisa diatasi dengan melupakannya. Banyak hal harus diatasi dengan kekuatan dan keteguhan baru bisa lewat, tetapi pada kesempatan lain, dengan melupakannya saja, persoalan itu sudah beres. Banggalah atas kelemahan Anda, lepaskanlah perontaan dan cara-cara Anda, maka kuasa-Nya akan ternyata atas Anda.
Inilah rahasianya: Mintalah Allah membuat Anda nampak kelimpahanNya dan kemuliaanNya ketika membaca Alkitab, berdoa, bersidang atau bersekutu dengan saudara-saudara, dengan sendirinya Anda akan melupakan hal-hal itu. Pemenuhan berasal dari melupakan, dan melupakan berasal dari menjamah Tuhan. Begitu Anda menjamah Tuhan, Anda tidak akan memandang diri Anda lagi.”
Setelah mengomentari kesaksian saya, saya bertanya kepadanya, “Saya pernah sakit TBC selama satu tahun, pernah sampai muntah darah. Suatu hari, saya mendapatkan firman Allah, saya beriman, dan penyakit itu sembuh. Tetapi kadang-kadang saya muntah darah lagi dan gejala penyakit itu timbul lagi. Mengapa itu bisa timbul lagi, bagaimana cara mengatasinya?”
Saudara Nee memberi jawaban sebagai berikut:
“Mengenai perkara kesembuhan, kita harus memperhatikan tiga hal: 1) Tidak mencobai Allah; 2) Tidak mengakui gejala; 3) Percaya kasih karunia Tuhan cukup untuk dipakai.
Timotius menderita penyakit lambung yang kronis; Paulus menasihatinya untuk tidak minum air saja. Pada masa itu, orang-orang Yahudi memiliki kolam air di belakang rumah mereka untuk menyimpan air hujan atau air yang berasal dari sumber lain. Air dalam kolam itu tercemar bakteri dan membuat air itu tidak bersih. Maka, Paulus menasihati Timotius untuk menambahkan sedikit anggur pada minumannya (I Tim.5:23). Anggur memiliki efek menghangatkan dan membantu melancarkan peredaran darah. Paulus memiliki karunia menyembuhkan, dan dia sudah menyembuhkan banyak orang sakit, tapi dia tidak menyembuhkan penyakit Timotius. Timotius sendiri juga memiliki karunia, tetapi dia tidak bisa menyembuhkan penyakit lambungnya. Allah tidak memberikan firman. Timotius tidak bisa mengatakan, ‘Ini bukan masalah saya minum air atau anggur.’
Tidak. Itu berarti mencobai Allah. Ia tidak seharusnya langsung minum air yang diambil dari empang. Bersandar kepada Allah dan mencobai Allah, di luarnya kelihatannya sama; perbedaannya terletak pada apakah Anda memiliki firman Allah atau tidak. Dari penampilan luaran bangun dan berjalan karena firman Allah sama dengan bangun dan berjalan tanpa firman Allah. Bangun dan berjalan tanpa firman Allah berarti mencobai Allah; saya berjalan berdasarkan pernyataan bahwa Allah dapat menyembuhkan saya, itu berarti mencobai Allah. Jika memiliki firman Allah, tidak perlu takut terhadap hukum kebersihan. Tetapi jika tidak memiliki firman Allah, tidak seharusnya melanggar hukum alam. Lihatlah orang yang lumpuh tangannya. Karena Tuhan telah berfirman kepadanya, dia tidak menunggu sampai gejala penyakitnya berubah baru percaya bahwa dia sudah disembuhkan. Dia dapat mengabaikan gejala itu. Tuhan menyuruhnya meluruskan tangannya, dia pun langsung meluruskan tangannya. Firman Tuhan dapat diandalkan, gejala penyakit tidak dapat diandalkan. Orang lumpuh tidak menunggu kakinya menjadi lebih kuat lebih dulu baru mengangkat tilamnya dan berjalan. Tuhan menyuruhnya mengangkat tilamnya dan berjalan, maka dia pun mengangkatnya dan berjalan. Bila Anda memiliki firman Tuhan, Anda tidak perlu memeriksa denyut nadi Anda atau memeriksa apakah demam Anda sudah hilang. Jika tidak memiliki firman Allah, perlu mengikuti hukum kebersihan dan kesehatan. Tetapi jika memiliki firman Allah, kita dapat menjadi seperti seorang ekstrimis, yang tidak takut apa pun.”
Kemudian saudara Watchman Nee memberikan kesaksian tentang kesembuhan yang dialaminya:
Saya juga pernah jatuh sakit. Suatu hari Allah memberikan firman-Nya untuk menyembuhkan saya. Saya hanya tahu bahwa saya harus memperhatikan firman Allah dan bukan gejala penyakit saya. Jika Allah berkata saya sembuh, maka firmanNya pasti menghentikan penyakit itu. Jika Anda tetap memandang penyakit Anda, firman Allah akan kehilangan khasiatnya. Saya tidak menjadi senang saat demam saya reda, juga tidak gelisah saat panas badan saya meninggi. Mata saya tidak tertuju kepada suhu badan saya, melainkan kepada firman Allah. Suhu badan tinggi atau rendah, denyut jantung makin cepat atau makin lambat, itu bukanlah Tuhan. Hanya Tuhan yang benar-benar Tuhan. Belajarlah menertawakan suhu badan Anda; tinggi atau rendah itu tidak berarti apa-apa. Belajarlah bersandar kepada firman Allah dan bukan mempercayai gejala penyakit. Hanya firman Allah yang sejati; gejala penyakit itu palsu. Bila Allah berkata, “Sudah sembuh.” Penyakit itu sudah sembuh. Jika Anda muntah darah, itulah saat iman Anda diuji. Harus belajar bersandar kepada firman Allah dan jangan mempercayai gejala penyakit, maka gejala penyakit itu akan berubah. Mula-mula, saya juga tidak dapat percaya, karena saya tidak memiliki firman Allah. Tetapi suatu hari firman Allah datang, namun gejala penyakitnya masih sangat serius. Saya bangun dan berkata, ‘Tuhan, hardiklah gejala penyakit ini jika itu palsu.’ Demikian satu atau dua jam kemudian, penyakit itu hilang.
Saya mengidap penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit lever, dan penyakit jantung. Pada tahun 1923, saya menderita peritonitis (radang selaput perut). Saya berbaring di ranjang selama satu bulan lebih. Bernafas saja terasa sakit, suhu badan tinggi, sangat menderita. Saat itu saudara Miao meminta beberapa saudara saudari datang dan berdoa bagi saya. Ketika dia berdoa, saya tidak merasakan apa-apa. Namun, ketika seorang saudari (M. E. Barber) berdoa, ‘Tuhan, tidak ada seorang pun yang memuji Engkau di dalam kubur. Jika saudara kami meninggal, dia tidak akan dapat memuji-Mu,’ segera hati saya terasa lega, walaupun suhu badan masih sangat tinggi dan saya masih menderita sakit. Keesokan harinya, saya bangun dan berjalan ke Pagoda Lo-hsing dan menyelesaikan satu nomor majalah Orang Kristen. Jika Anda tidak memiliki firman Allah, Anda harus dengan baik-baik merawat tubuh Anda; tetapi begitu Anda memiliki firman Allah, Anda sekali-kali tidak boleh lagi memandang kepada gejala penyakit Anda. Anggaplah gejala penyakit itu sebagai cobaan dan sesuatu yang bohong; ia tidak akan bisa bertahan di sana, ia segera sirna.
Ada penyakit disembuhkan dalam waktu singkat, yang lain tidak demikian. Suatu kali, ketika saya jatuh sakit, saya minta Tuhan menyembuhkan saya. Tuhan berkata, ‘Kesembuhan tidak akan terjadi segera, tetapi kasih karuniaKu cukup bagimu.’ Kemudian Tuhan menunjukkan sesuatu kepada saya. Sebuah perahu sedang berlayar di tengah bengawan, di hadapannya terbentang suatu batu karang yang besar, yang menghalangi sehingga perahu tidak dapat lewat. Tuhan bertanya kepada saya, ‘Kamu menghendaki Aku memindahkan batu karang itu supaya kamu dapat lewat, atau menghendaki Aku meninggikan permukaan air, sehingga kamu dapat melampaui batu itu?’ Pada saat itu, saya jelas tentang kehendak Tuhan, dan saya berkata, ‘Tuhan, saya tidak memintaMu menyingkirkan kesulitan ini, saya meminta-Mu menambahkan kasih karuniaMu.’
Tidak ada satu penyakit pun di dunia ini yang tidak bisa diatasi oleh orang Kristen. Jika Anda memiliki firman Tuhan, jangan memperhatikan gejala penyakitnya. Harus percaya bahwa Allah setia. Anda hanya dapat berkontak dengan firman Allah, tidak perlu meminta bantuan dari gejala itu, juga tidak perlu takut serangan gejala penyakit itu. Walaupun batu karang itu tidak bergeser, namun permukaan air terus meninggi, bukan sedikit, melainkan berlebih. Inilah jalan kita.
Ringkasnya, ketiga hal ini harus diperhatikan: (1) Jika tidak ada firman Allah, jangan mencobai Allah; (2) Setelah ada firman Allah, jangan memperhatikan gejala penyakitnya; (3) Jika firman Allah tidak langsung menyembuhkan, kasih karuniaNya akan cukup dipakai. Dia tidak pernah bermaksud supaya kita sakit dan tidak memberi kita kasih karunia yang cukup. Meskipun Paulus sendiri menderita sakit, tetapi dia bekerja lebih keras daripada siapa pun. Penyakit tidak pernah bisa menghentikan pekerjaan. Harus belajar menyerahkan diri sendiri kepada Tuhan Sang Benar dan Setia.
Sebulan sebelum menghadiri latihan di Kuling, saya muntah darah dan tinggal di sebuah rumah sakit di Shanghai. Setelah sehat, saya pergi ke Kuling. Itulah sebabnya setelah sembuh saya mengajukan pertanyaan tentang timbulnya gejala penyakit itu. Setelah menerima bantuan dan bimbingan saudara Nee, Tuhan menunjukkan kepada saya bahwa di alam semesta ini hanya dua hal yang sejati: Allah dan firmanNya. Segala hal yang di luar Allah dan firmanNya adalah palsu. Karena saya memiliki firman Allah, saya disembuhkan; dan karena saya sembuh, saya tidak perlu lagi memperhatikan gejala penyakitnya. Setelah ada firman Allah, semua gejala penyakit adalah dusta. Syukur kepada Allah, mulai bulan Juni sampai kini, tahun 1991, selama empat puluh tiga tahun, saya tidak pernah muntah darah lagi, bahkan setitik darah pun tidak. Gejalanya telah hilang sama sekali. Puji Tuhan!
Terkesan dengan Watchman Nee
Setiap kali saudara Watchman Nee ditanya, jawabannya selalu langsung pada sasaran, jelas, penuh urapan dan penuh terang. Orangnya wajar dan terbuka, mudah didekati, memiliki kapasitas besar dan hati yang lapang. Dalam perkara rohani, dia telah mencapai tempat yang tinggi, juga telah menjamah hal-hal yang dalam. Terhadap prinsip dan tujuan Allah, dia sangat kaya dalam pemahaman dan pengalaman. Dia sering disalahpahami dan difitnah, tetapi dia tidak pernah berusaha menjelaskan atau membenarkan diri sendiri. Suatu kali, ada orang bertanya kepadanya, “Saudara Nee, ada orang salah paham terhadap Anda, mengapa Anda tidak berusaha menjelaskan perkaranya supaya terhindar dari kesalahpahaman?” Dia menjawab, “Saudara, jika orang percaya kepada kita, kita tidak perlu menjelaskan apa-apa, jika orang tidak percaya kepada kita, kalaupun kita jelaskan, apakah gunanya?” Dia tidak hanya tidak mau menjelaskan atau membela diri ketika difitnah secara sembunyi-sembunyi, dia pun tidak mau beralasan atau berbantah bila dimarahi secara terang-terangan. Dia menganggap remeh masalah harta benda. Sejumlah besar uang mengalir keluar melalui tangannya.
Dia dipercaya menyalurkan sejumlah besar uang dalam pekerjaan Tuhan dan dia pun menerima banyak uang dalam usahanya. Tetapi, sering dengan tangan yang satu dia menerima, dan dengan tangan yang lain dia menyalurkannya. Suatu kali dia berkata, “Saya yakin, di antara para sekerja di China, saya adalah orang yang paling sering menggunakan uang yang penghabisan.” Hal itu memang benar. Orang-orang yang dekat dengan dia tahu, bahwa dia sering tidak memiliki apa-apa, karena dia tidak menyimpan apa-apa bagi dirinya sendiri. Tetapi bagi pekerjaan Tuhan dan bagi keperluan gereja, dia mau memberikan apa saja.