Kesaksian Dr Chang Yu Lan

Seorang Rekan Dekat

Kesannya tentang Watchman Nee

Watchman Nee datang di Chungking pada tanggal 6 Maret 1945, dan tiga hari kemudian menghadiri perjamuan kasih yang diadakan oleh gereja di Chungking. Dia tinggal di rumah saya selama sepu­luh hari, dan kami tetap berhubungan satu sama lain selama satu tahun lebih. Kemudian dia pindah ke sua­tu tempat yang tidak jauh dari Chungking, yang dise­but Lung-kan Kecil. Beberapa orang di antara kami pergi ke rumahnya sekali atau dua kali seminggu un­tuk bersekutu; hal itu terus berlangsung selama lebih dari enam bulan. Saya sering mengajukan pertanyaan-­pertanyaan, dan saya ajukan kepadanya satu per satu. Banyak persoalan mendapatkan pemecahannya. Dia se­lalu meninggalkan suatu kesan yang manis, tetapi juga tidak menghilangkan rasa hormat terhadapnya. Sikap­nya lembut dan halus, perkataannya penuh dengan urapan. Dalam percakapan dengannya, tidak terasa adanya jarak, hanya ada perasaan terdiris, tersuplai dan senang mendekati dia. Tidak jarang tujuh atau de­lapan saudara dan saudari berkumpul di hadapannya, berbicara dan mengajukan pertanyaan selama bebera­pa jam, tetapi dia tidak pernah menunjukkan tanda ke­letihan. Kesan yang ditinggalkan oleh kata-katanya dan sikapnya tidak mudah dilupakan.

Tentang Pengajaran Rohani

Dia memberitahu kami, ketika dia masih berse­kolah setiap minggu dia pasti pergi ke saudari M. E. Barber untuk dimarahi. Bila tidak ada sesuatu untuk dimarahi, saudari Margaret Barber akan bertanya sesuatu sampai akhirnya tersingkap suatu kesalahan, kemudian dia akan memarahinya. Dia berkata, melalui hal ini dia menerima bimbingan rohani yang baik.

Pada suatu peristiwa, saudara Watchman Nee dimaki-maki oleh seorang karyawannya. Karyawan ini menuding-nuding dengan jarinya sambil memukul meja marah-marah kepada saudara Watchman Nee selama hampir empat jam. Demikian ribut sehingga ada beberapa orang yang melihat kejadian itu merasa karyawan itu tidak benar, dan mereka hendak ikut campur. Tetapi saudara Watchman Nee tetap duduk dengan tenang di kursinya, memegang koran, tanpa berubah ekspresinya, seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi. Berkali-kali ketika sedang dimarahi, dia mengangguk-anggukkan kepalanya. Ketika saya meli­hat hal itu, saya tidak dapat memahaminya. Kini saya tahu bahwa dia menerima hal itu sebagai suatu disi­plin dari tangan Allah dan menundukkan dirinya kepa­da lingkungan yang Allah ijinkan itu.

Kerapkali, saudara Watchman Nee tiba-tiba meng­angkat kepalanya, memandang ke langit dan berkata, “Dialah Allah.” Maksudnya adalah setiap lingkungan berada di bawah pengaturan kedaulatan Allah dan dia rela menerima dan menaatinya. Konsepsi saudara Watchman Nee terhadap orang­-orang yang melukainya tidak sama dengan konsepsi orang-orang pada umumnya. Pada suatu peristiwa, dia berkata, “Saudara yang berbuat dosa sepertilah anak kecil dalam keluarga yang jatuh ke selokan yang ber­lumpur. Pakaian dan rambut mereka menjadi kotor. Tetapi asal dimandikan, mereka segera menjadi bersih kembali. Pada masa yang akan datang, masing-masing saudara saudari adalah salah satu batu permata yang tembus cahaya di Yerusalem Baru.”

Di Chungking, saudara-saudara memintanya ber­bagian dalam pemecahan roti. Namun, dia tidak mau memakan roti dan meminum cawannya; dia hanya duduk dan berdoa dengan diam-diam. Alasannya: Per­soalan di gereja di Shanghai masih belum beres, sebab itu saya tidak dapat memecahkan roti di sini. Saya ber­tanya kepadanya kapan ministrinya bisa pulih lagi, dan dia menjawab, “Tidak ada kemungkinan lagi.”

Mengenai pimpinan Tuhan bagi pekerjaan, sauda­ra Watchman Nee sangat peka dalam pembedaannya dan cepat mengambil keputusan. Dalam menjelaskan mengapa demikian, dia berkata, “Jika saya keliru, Tu­han akan memakai dinding dan keledai untuk meng­hentikan saya, seperti yang dilakukanNya terhadap Bi­leam.” Sikap ini menunjukkan, bahwa saudara Watchman Nee adalah orang yang selalu mematuhi pengen­dalian Roh Kudus.

Mengenai Kehidupan Kristen

Pada suatu peristiwa saudara Watchman Nee memberi petunjuk kepada beberapa orang di antara kami, katanya, “Orang-orang Kristen harus melarikan diri dari sistem kekristenan. Lebih penting menang­gulangi sistem itu daripada menanggulangi konsekrasi. Tidaklah berguna berkonsekrasi di dalam sistem itu.” Ketika ditanya, apakah boleh bermain kartu tanpa ber­taruh uang, dia menjawab, “Bagi orang Kristen tidak ada benar dan salah yang mutlak. Bagi seseorang hal itu mungkin boleh dilakukan, tetapi yang lain tidak. Benar atau salah bagi orang Kristen tergantung pada tingkat hayat yang telah dicapainya; tingkat hayat itu juga menyatakan banyaknya hal yang tidak dapat dia lakukan.”

Doa dan Persekutuan dengan Tuhan

Watchman Nee berdoa dengan lambat, satu, dua perkataan dengan lambat diucapkan dari mu­lutnya. Ketika saya di Chungking, tanpa disadari saya meniru caranya berdoa. Dengan berdoa demikian, saya merasakan hadir Tuhan. Setiap perkataan ditujukan kepada Tuhan, dan perkataan itu terus meluap dari dalam. Kemudian, seorang saudara pemuka menegur saya dan memberitahu saya, bahwa saya tidak seharusnya meniru cara seseorang dalam berdoa; saya pun menghentikan berdoa dengan cara demikian. Namun, sampai hari ini, saat saya berdoa sendirian, saya masih berdoa secara demikian, mencurahkan kepada Allah satu, dua kata perlahan-lahan. Dengan berdoa demiki­an, lebih mudah menjamah urapan.

Mengenai bagaimana memelihara persekutuan de­ngan Tuhan, saudara Watchman Nee memakai contoh berikut: “Misalnya ada satu kereta bergerak dari Sze­chuan ke Kunming. Kereta itu harus melalui banyak terowongan. Kadang-kadang kereta itu berjalan dalam kegelapan, kadang-kadang berjalan dalam terang. Pe­ngalaman orang Kristen dalam persekutuannya dengan Tuhan juga demikian. Jika seseorang berada dalam ke­gelapan, dia harus mengaku dosanya dulu. Jika tidak ada perasaan dosa, dia harus melatih tekadnya untuk melanjutkan persekutuannya dengan Tuhan.”

Kematangan dalam Hayat

Dalam hal matang dalam hayat, Watchman Nee mengatakan:

Kematangan hayat memerlukan waktu. Orang mu­da hanya memiliki kepala yang besar, tidak bisa memiliki kematangan yang riil. Kematangan adalah perkara per­luasan kapasitas. Anda harus membiarkan Allah mem­punyai lebih banyak waktu untuk mendatangkan derita yang tidak bisa Anda terima, agar dengan itu memper­luas kapasitas Anda. Ada orang bisa menanggung keru­gian lima dolar, tetapi tidak bisa menderita kerugian lima ribu dolar. Ada orang bisa mengampuni orang lain dua atau tiga kali, tetapi kelima kalinya, tangan mereka su­dah gemetar. Dengan memakan suatu buah, orang akan tahu buah itu sudah matang atau belum. Buah yang mentah asam, pahit, keras dan sukar dikunyah, tetapi buah yang matang manis dan harum. Madame Guyon memiliki rasa kematangan. Dia adalah seorang guru bagi orang yang tua, juga seorang sahabat bagi anak-­anak. Hayat orang Kristen bertumbuh dengan alami. Ke­matangan bukanlah dengan jalan memeram pisang de­ngan panas tertentu. Anak Manusia datang, juga makan dan minum; tetapi bagi beberapa orang, makan dan minum mereka menyingkapkan keadaan mereka yang sebenarnya. Hayat tidak berasal dari hasil pemupukan rohani. Ada Roh, tidak perlu dipupuk; tidak ada Roh, lebih tidak perlu dipupuk. Bunga bakung mekar, burung bersayap, semua itu ada tanpa persiapan lebih dulu. Mempersiapkan hanya dapat menghasilkan satu “orang kudus” yang sesuai dengan konsepsi dunia, tidak bisa menghasilkan orang Kristen yang sejati. Cukuplah jika kita memiliki meterai salib pada aspek negatifiya, tidak perlu bergumul untuk menghasilkan buah. Bergumul ha­nya memperlambat pertumbuhan hayat, tidak mungkin mempercepat pertumbuhan hayat. Yang penting ialah menerima pengaturan Allah atas lingkungan kita. Penga­turan ini adalah pengendalian Roh Kudus. Menghindari pengaturan Allah satu kali berarti kehilangan kesempat­an satu kali bagi perluasan kapasitas kita. Hal itu akan memperpanjang waktu yang diperlukan untuk mema­tangkan hayat kita, bahkan kita harus mengulangi pela­jaran itu agar dapat matang. Seorang imani tidak akan seperti dulu lagi setelah ia mengalami penderitaan; ia akan mengalami perluasan kapasitasnya atau menjadi semakin keras. Sebab itu, bila kaum imani mengalami penderitaan, mereka harus memperhatikan dan harus sadar bahwa kematangan hayat adalah jumlah peneri­maannya terhadap pengendalian Roh Kudus. Orang ha­nya dapat melihat bahwa seseorang itu sudah matang dalam hayat, tetapi tidak dapat melihat pertambahan pengendalian Roh Kudus yang dialami orang itu secara tersembunyi hari demi hari selama bertahun-tahun.

Beberapa Perkataan Rohani

Suatu kali saudara Watchman Nee berkata, “Se­makin rendah kita menaruh suatu barang, semakin aman barang itu. Paling aman adalah menaruh sebuah cangkir di lantai.” Maksudnya, semakin merendah se­orang pekerja Tuhan, semakin amanlah ia. Pada peris­tiwa lain dia berkata, “Bila salib berlubang (dapat di­lewati oleh udara), salib itu akan tertiup lenyap.” Mak­sudnya, bila Anda memikul salib, jangan menceritakan itu kepada orang lain. Begitu Anda menceritakan apa yang Anda alami, makna salib itu akan hilang. Perkataannya yang lain adalah, “Ada orang yang jatuh, tetapi ia jatuh di lantai atas; ada orang yang ber­diri, tetapi ia berdiri di lantai bawah. Orang yang ber­diri di lantai bawah tidak seharusnya menertawai orang yang jatuh di lantai atas.” Mengenai menasihati orang, saudara Nee berkata, “Hasil dari menasihati orang ada dua:

 

    1. Orang itu dipulihkan;
    2. Ia semakin keras.

Cara menentukan nasihat Anda itu tepat atau ti­dak adalah mengamati orang yang Anda nasihati. Jika dengan menolak nasihat Anda orang itu makin jatuh ke dalam kegelapan, itu membuktikan nasihat Anda tepat. Tetapi jika orang itu menolak nasihat Anda, dan ia masih bisa bersekutu dengan Tuhan, itu membukti­kan nasihat Anda keliru.” Suatu kali dia berkata kepada saya, “Jika kamu membangunkan beberapa orang pengemis yang tidur di bawah emperan, membelikan mereka pangsit mi, lalu memberitakan Injil kepada mereka, kamu akan menjamah urapan yang di dalam.” Setelah datang ke Taiwan, saya bertemu dengan keponakan saudara Watchman Nee, Soo-fu. Dia memberitahu saya, bahwa ketika dia masih muda, dia pernah melihat pamannya menemui sekelompok kuli yang duduk berjongkok sambil berjudi. Saudara Watchman Nee juga berjong­kok di samping mereka, berbicara dan tertawa. Bagi semua orang dia benar-benar menjadi segalanya untuk mendapatkan beberapa orang di antara mereka.

Penghidupannya

Dari pengamatan saya terhadap cara hidup sauda­ra Watchman Nee, saya merasa bahwa dia telah bela­jar bagaimana berkelimpahan dan bagaimana dalam kekurangan, dalam segala hal dan di segala tempat dia telah belajar rahasia itu. Ketika dia baru datang ke Chungking, dia tinggal di sebuah ruangan yang kecil di ruang atas sebuah rumah tingkat dengan satu ranjang dan satu meja. Saat orang mengunjungi dia, tangga ka­yu yang menuju ke kamarnya akan bergoyang-goyang dan menimbulkan bunyi berderit. Kemudian, ketika dia pindah ke bangunan pabriknya sendiri, sikapnya tidak berbeda, tetap sama seperti dulu. Mengenai ma­kan, kadang-kadang dia hanya makan sebuah roti kering dan minum air tawar, kadang-kadang dia me­nikmati perjamuan kasih yang berlimpah. Terhadap semua perkara penghidupannya, dia tidak begitu ambil pusing.