HARI TUHAN

Pembacaan Alkitab: Mzm. 118:24; Why. 1:10; Kis. 20:7; 1 Kor. 16:1-2

                 Dalam Perjanjian Lama, Allah memilih satu hari dari antara ketujuh hari, yaitu hari ketujuh, dan menetap­kan­nya sebagai hari Sabat. Dalam Perjanjian Baru, walau­pun hari ketujuh itu telah berlalu, namun prinsip pemilihan satu hari dari antara ketujuh hari itu masih berlaku, hanya saja Perjanjian Baru menetapkan hari lain, bukannya mengganti hari Sabat menjadi Hari Tu­han. Kalau pada masa Perjanjian Lama Allah memilih ha­ri ketujuh dalam seminggu, maka pada masa Perjan­jian Baru Ia memilih hari pertama. Dalam satu minggu, Allah sengaja memilih satu hari, dan hari ini disebut Alkitab ”Hari Tuhan”, seperti yang tercantum dalam Wahyu 1:10.

Menurut Alkitab, ada tiga perkara yang harus khu­sus diperhatikan dalam penggunaan hari Tuhan:

               Pertama, seperti yang tercantum dalam Mazmur 118:24, yaitu setiap anak-anak Allah wajib bersorak-so­rak dan bersukacita pada hari pertama dalam satu ming­gu ini. Tuhan kita telah bangkit dari kematian. Inilah hari yang ditetapkan Allah, maka pada setiap hari ini, kita wajib memelihara satu sikap, yaitu bersorak-sorak dan bersukacita. Hari ini adalah hari kebangkitan Tuhan kita, tiada satu hari yang seperti hari ini. Pada hari pertama dalam satu minggu, Tuhan menyatakan diri-Nya kepada murid-murid; Tuhan berhimpun ber­sa­ma mereka. Tercurahnya Roh Kudus pada hari Penta­kosta, juga terjadi pada hari pertama dalam ketujuh ha­ri. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru, ini sebenarnya ditujukan ke­­­pa­da penyaliban dan kebangkitan Tuhan Yesus. Peno­lak­an orang-orang Yahudi mengacu kepada penolakan tukang-tukang bangunan; kebangkitan Tuhan Yesus mem­buat diri-Nya menjadi batu penjuru. Inilah hari yang ditetapkan Allah, maka kita wajib bersorak-sorak dan bersukacita di hari tersebut.

                Kedua, Kisah Para Rasul 20:7 mengatakan, ”Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti . . .” Menurut bahasa asli­nya, istilah ”hari pertama dalam minggu itu” tidaklah terbatas pada hari pertama dalam ketujuh hari tertentu, melainkan setiap hari pertama dalam ketujuh hari; dan pada setiap hari inilah mereka berkumpul untuk meme­cah-mecahkan roti memperingati Tuhan. Inilah perkara yang dilakukan dengan spontan oleh semua gereja pada masa itu. Ya, hari manakah yang lebih indah daripada hari pertama dalam ketujuh hari ini? Hari pertama dalam satu minggu adalah hari kebangkitan Tuhan dari kematian; hari ini adalah hari perjumpaan kita dengan Tuhan. Ada satu perkara yang wajib kita lakukan pada hari ini, yaitu memperingati Tuhan. Inilah hari yang dipilih Tuhan. Kita wajib terlebih dulu datang ke ha­dapan Tuhan pada hari pertama dalam satu minggu. Ha­ri Tuhan ialah hari pertama dalam satu minggu (hari Senin adalah hari kedua dalam satu minggu); pada hari ini, kita wajib berjumpa dengan Tuhan.

                Ketiga, dalam 1 Korintus 16:1-2 dikatakan, ”Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu melakukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan ke­pada jemaat-jemaat di Galatia. Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing — sesuai de­ngan apa yang kamu peroleh — menyisihkan sesuatu dan menyimpannya, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan pada saat aku datang.” Di sini kita nampak per­kara ketiga, yang wajib dilakukan pada hari pertama dalam tiap minggu. Paulus meminta gereja-gereja di Ga­­latia melakukan demikian, ia juga meminta gereja di Ko­­rintus melakukan hal yang sama. Ini menjelaskan ke­pada kita bahwa di zaman rasul, hari pertama dalam tiap minggu merupakan hari yang istimewa. Pada hari itu ada pemecahan roti memperingati Tuhan, juga ada pengumpulan uang bagi orang-orang kudus. Pada hari per­tama dalam tiap minggu, setiap orang harus menyisihkan sebagian dari penerimaannya untuk dipersem­bah­kan kepada Tuhan. Inilah perkara yang sangat in­dah. Di satu pihak ada pemecahan roti, di pihak lain ada persembahan. Di satu pihak kita memperingati bagaimana Tuhan mengaruniakan diri-Nya kepada kita, di pihak lain kita memberi persembahan kepada Tuhan. Dengan berbuat demikian, hati Allah akan berkenan. Sejak permulaan kita menjadi orang, kita harus belajar dan melaksanakan memberi­kan persembahan uang pada Hari Tuhan.

Pertanyaan:

  1. Apa bedanya Hari Sabat dengan Hari Tuhan?
  2. Apa yang menjadi dasar penetapan Hari Tuhan?
  3. Apa saja yang harus dilakukan pada Hari Tuhan?
  4. Apa makna Hari Tuhan bagi orang Kristen?

Referensi: Hari Tuhan, Watchman Nee, Yayasan Perpustakaan Injil