Pembacaan Alkitab: Kol. 3:18-19; 1 Ptr. 3:1-7; Ef. 5:22-23
Dalam Alkitab terdapat ajaran-ajaran tertentu bagi orang yang telah menikah, baik bagi suami maupun istri. Sebelum seseorang menikah, ia boleh memilih dan menikahi orang yang baginya paling sedikit menimbulkan kesulitan. Namun, setelah ia menikahinya, di hadapan Allah ia harus belajar bagaimana menjadi suami atau istri, untuk mengurangi kesulitan keluarga maupun kesulitan gereja. Bagi semua orang yang telah menikah, perkara pertama yang harus ia nampak ialah bahwa menjadi suami atau istri adalah perkara yang paling serius. Setiap orang harus sudah mempersiapkan diri secukupnya baru dapat mengemban suatu profesi. Kesulitan di antara suami dan istri, justru disebabkan tidak adanya persiapan. Sepasang insan itu seolah-olah dengan tiba-tiba ditarik orang ke dalam pernikahan, tanpa persiapan sedikit pun; keluarga demikian pasti tidak baik.
Setelah seseorang menikah, perkara pertama yang harus ia pelajari ialah harus menutup mata, tidak melihat kelemahan pihak pasangannya. Tujuan pernikahan bukan untuk mencari kelemahan atau kesulitan pihak pasangan. Orang yang telah menikah harus belajar menutup mata, harus belajar mencintai pihak pasangannya, dan tak perlu belajar menolong atau mengoreksi pihak pasangannya. Selanjutnya, suami isteri harus belajar saling menuruti. Apakah arti menuruti? Menuruti berarti saya pergi ke pertengahan jalan untuk menjemput dia. Menuruti berarti selalu mau memahami kesukaran pasangannya. Setelah menikah, haruslah belajar mengapresiasikan kelebihan pihak pasangan. Dalam keluarga, pada satu aspek harus belajar menutup mata, saling menuruti, pada aspek lainnya harus belajar mengapresiasikan kelebihan pihak pasangan. Selain itu dalam keluarga harus ada sopan santun. Problema keluarga sering kali disebabkan perkara-perkara yang kecil. Kapan sopan santun itu hilang, maka aspek-aspek kejelekan dari hidup manusia akan timbul. Karena itu, tak peduli sangat dikenalnya seseorang, sopan santun tetap harus dipelihara.
Jika keluarga ingin menjadi baik, haruslah menumbuhkan kasih sayang, jangan mematikan kasih sayang. Kasih adalah dasar pernikahan, kasih juga adalah dasar keluarga. Kasih menarik sepasang insan untuk menikah, kasih pun memelihara sepasang insan itu untuk berada dalam keluarga. Kalau Anda merawatnya baik-baik, ia akan mudah sekali bertumbuh. Satu syarat lain lagi yang sangat penting dalam keluarga, yaitu tidak boleh egois. Satu Korintus 7 mengatakan bahwa jika seorang menikah, ia harus menyenangkan pasangannya. Boleh jadi egois terhitung sebagai salah satu penyebab yang terbesar dalam kesulitan keluarga. Dalam keluarga juga harus memberi pihak pasangan memiliki kebebasan, rahasia dan benda-benda pribadi secukupnya. Kalau Anda menyeret kebebasannya, ia akan kehilangan kebebasan. Dan perkara yang sangat kecil mungkin akan menimbulkan kesulitan yang sangat besar.
Bila terjadi kesulitan antara suami dengan istri, bagaimana cara menyelesaikannya? Dalam keluarga harus saling mengaku dosa dan saling mengampuni. Banyak kesalahan yang tak dapat dilewatkan dengan sembarangan, melainkan harus diakui. Kesalahan diri sendiri tidak boleh dibiarkan berlalu dengan sembarangan, bagaimanapun harus diakui. Sedang kesalahan pihak pasangan harus selalu diampuni. Untuk menyelesaikan kesulitan keluarga, agar keluarga dapat hidup dengan baik, maka haruslah baik pada aspek positifnya, terutama bagi orang-tua yang telah mempunyai anak, harus menyediakan waktu untuk berdoa bersama, bersama-sama menantikan Allah serta bersama-sama mempersekutukan perkara rohani. Baik istri maupun suami, dalam perkara tertentu harus rela menerima penghakiman di bawah terang ilahi. Suami tidak mempertahankan gengsi suami, istri pun tidak mempertahankan gengsi istri, melainkan samasama rela menerima penghakiman di bawah terang Allah. Harus ada dialog rohani. Adakalanya berdoa bersama, ada kalanya bersekutu bersama. Teristimewa bagi mereka yang telah mempunyai anak, harus mencari kesempatan untuk lebih sering datang bersama ke hadapan Allah. Jika menginginkan keluarga baik, maka suami dengan istri, keduanya harus hidup di hadapan Allah. Jika keduanya tidak hidup di hadapan Allah, keluarga ini pasti tidak akan berlangsung dengan baik.
Kalau pelajaran tersebut tidak dipelajari dengan cermat di hadapan Allah, maka semua kesulitan keluarga akan menjadi kesulitan gereja. Ingatlah, jika seseorang dalam keluarga tidak dapat bersehati dan tinggal bersama dengan istrinya, ia pasti tidak mungkin bersehati dengan saudara saudari dalam gereja. Ini adalah satu perkara yang dapat dipastikan. Kalau dalam keluarga Anda sering bertengkar dengan istri, tak mungkin Anda masih bisa bernyanyi haleluya dengan nyaring dalam gereja. Anda harus bisa hidup dengan baik dalam keluarga, barulah Anda dapat hidup dengan baik dalam gereja. Gereja yang baik harus ditunjang oleh keluarga yang baik. Para suami dan istri harus baik. Kalau demikian, gereja pasti tidak ada kesulitan.
Pertanyaan:
- Mengapa menjadi suami istri adalah suatu perkara yang sangat serius?
- Mengapa setelah menikah, baik suami maupun istri wajib “menutup mata”?
- Bagaimana menumbuhkan kasih sayang di dalam hidup pernikahan?
- Bila terjadi kesulitan antara suami dengan istri, bagaimana cara menyelesaikannya?
Referensi: Suami Istri, Watchman Nee, Yayasan Perpustakaan Injil