PENGAMPUNAN DAN PEMULIHAN

Pembacaan Alkitab: Mat. 18:21-35, 15-20; Luk. 17:3-5

Bagaimanakah sikap kita bila ada saudara berbuat salah terhadap kita? Injil Matius mengatakan bahwa pengampunan kita terhadap saudara bukan hanya sampai tujuh kali, me­lainkan tujuh puluh kali tujuh kali. Injil Lukas menga­takan, kalau seorang saudara berbuat dosa terhadap kita tujuh kali sehari, tetapi tujuh kali ia kembali kepada kita dan berkata, ”Aku menyesal,” maka kita harus mengampuni dia. Tak peduli penyesalannya itu sejati atau palsu, asalkan ia berkata demikian, kita harus mengampuni dia. Sejati atau palsu penyesalannya, itu bukan urusan kita, bagaimanapun kita harus meng­ampuni dia.

Kita pun sebenarnya adalah orang yang berhutang kepada Allah. Saking besarnya, kita tidak mungkin mampu melunasi hutang kita itu. Jika di­bandingkan antara hutang kita terhadap Allah dengan dengan hutang orang lain terhadap kita, terlalu besar selisihnya. Jika kita dapat menilai hutang kita secara wajar terhadap Allah, kita pasti akan mengampuni saudara kita dengan lapang dada. Kita perlu menyadari betapa besarnya angka hutang dosa kita terhadap Allah, barulah kita dapat menge­tahui betapa kecilnya hutang orang lain terhadap kita.

Allah mempunyai satu harapan atas diri kita, yaitu siapa saja yang ingin memperoleh kasih karunia, ia harus belajar memberikan kasih karunia kepada orang lain. Kalau yang kita terima itu kasih karunia, maka Allah mengharapkan agar kita pun sudi memberikan kasih karunia kepada orang lain. Tuhan memperlihatkan betapa jahatnya dalam pandangan Allah, kalau sese­orang tak mau mengampuni orang lain. Jika Anda tidak sudi mengampuni saudara Anda, Anda adalah hamba yang jahat. Kita harus tahu, kita memang harus memperlakukan diri sendiri berdasarkan keadilan, tetapi kita harus memperlakukan orang lain berdasarkan kasih karunia. Bila orang yang percaya Tuhan tidak dapat mengampuni saudaranya, berarti ia tidak memperlakukannya menurut kasih karunia, dan ia menjadi orang yang kekurangan kasih karunia di ha­dapan Allah.

Allah menginginkan agar kita menga­sihani orang seperti yang Dia lakukan. Karena itu, kita wajib belajar mengasihani dan mengampuni orang lain. Setiap orang yang telah menerima kasih karunia, setiap orang yang telah diampuni Allah, wajib belajar meng­hapuskan hutang orang, mengampuni orang, menga­sihani orang, dan menaruh kasih karunia terhadap orang lain. Kita harus menengadah dan berkata kepada Tuhan, ”Oh Tuhan, Kau telah membebaskan hutangku sebesar sepuluh ribu talenta, kini aku pun mau mengampuni setiap orang yang berhutang dan berbuat dosa ter­hadapku, dan mengampuni pula orang yang kelak berbuat dosa terhadapku. Dosaku yang besar itu telah Kauampuni, maka aku pun mau belajar menurut te­ladan-Mu, aku juga mau mengampuni orang lain.” Kita harap tidak seorang pun di antara kita yang jatuh ke dalam tangan ganjaran Allah. Hendaklah kita dapat mengampuni saudara kita dengan segenap hati kita, sama seperti Allah telah mengampuni kita dengan segenap hati-Nya.

Jika kita hanya mengampuni saudara saja, itu masih tidak cukup. Kita masih perlu memulihkan dia, barulah sesuai dengan permintaan Matius 18:15-20 terhadap kita. Di antara anak-anak Allah sering terjadi seorang saudara berbuat dosa terhadap yang lain. Jika ada seorang saudara berbuat dosa terhadap Anda, apakah yang harus Anda perbuat? Firman Tuhan: “Tegurlah dia di bawah empat mata.” Kita perlu mempraktekkan prinsip ini dengan baik di hadapan Allah. Sewaktu Anda menegurnya, sikap Anda harus wajar, motivasi Anda harus benar, dan tujuan Anda tidak lain ialah untuk mendapatkan kembali saudara Anda itu. Pertama, roh Anda harus benar, kemudian perkataan Anda, cara mengatakannya, sikap, air muka, suara, dan nada suara Anda, semua harus benar. Tujuan Anda bukan hanya menghendaki ia menyadari kesalahannya, tetapi juga ingin mendapatkannya kembali.

Jika Anda telah menegur dan menasihati saudara yang bersalah itu menurut prinsip di bawah empat mata namun ia tidak mau mendengarkan, Anda boleh membawa orang lain. Tentu, seorang atau dua orang itu haruslah orang yang berpengalaman dalam Tuhan, dan yang berbobot dalam kerohanian. Namun jika ia tetap tidak mau mendengarkan juga, barulah sampaikan persoalannya kepada gereja, yakni menyampaikan persoalannya kepada para penatua gereja. Bagaimana jika ia tidak mau juga mendengarkan gereja? Karena ia tidak mau membereskan masalahnya itu, maka gereja memandang seperti orang yang tidak mengenal Allah atau pemungut cukai, dan tidak ber­sekutu dengannya. Namun tujuan perlakuan yang demikian ini bukan untuk menyingkirkan saudara itu dari gereja, melainkan untuk me­mulihkan dia. Semoga Allah memberi karunia kepada kita, agar kita menjadi seorang yang berkasih karunia seperti Tuhan. Jika ada saudara berbuat dosa terhadap kita, ampunilah dia dengan segenap hati. Bahkan pulihkanlah dia menurut kewajiban Anda dan menurut firman Tuhan. Semoga Allah memimpin kita, agar dalam gereja kita dapat menyatakan penghidupan yang sedemikian.

Pertanyaan:

  1. Seberapa besar seharusnya kapasitas hati kita untuk mengampuni kesalahan orang lain?
  2. Apa maksudnya memperlakukan orang dengan kasih karunia?
  3. Apa yang akan menimpa kita jika kita tidak mau mengampuni kesalahan orang lain?
  4. Bagaimana caranya memulihkan saudara yang bersalah? Hal-hal apa saja yang harus kita perhatikan dengan seksama?

Referensi: Pengampunan dan Pemulihan, Watchman Nee, Yayasan Perpustakaan Injil

Leave a Reply