Fungsi Alkitab – Part 1

Alkitab. Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan Alkitab sebagai  kitab suci agama Kristen, terdiri atas Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Secara etimologi bahasa, istilah Alkitab berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata. “Al-kitab” yang berarti kitab dari segala kitab, atau buku dari segala buku. Dalam bahasa Inggris, Alkitab ini disebut dengan Bible atau Holy Bible yang berarti Kitab Suci, yang berasal dari kata Yunani, “biblos”-Kitab.

Meskipun demikian, Alkitab bukanlah sebuah buku sejarah ataupun catatan cerita untuk membuat seseorang yang jahat menjadi baik atau yang tidak mengerti sejarah menjadi mengerti sejarah. Ada beberapa fungsi dari Alkitab yang diwahyukan secara langsung oleh Alkitab sendiri. Dengan demikian, kita bisa mengenal Alkitab lebih tepat, dan menggunakannya lebih tepat sasaran.

Sama seperti seseorang menjelaskan dirinya, maka, Alkitab juga dapat menjelaskan dirinya sendiri. Berikut adalah beberapa fungsi Alkitab yang dikumpulkan oleh Yasperin, yang terdapat dari buku-buku terbitan Yasperin.

Fungsi Alkitab

1.  “Memberi  kesaksian tentang Aku (Tuhan  Yesus)”  (Yoh.  5:39; lihat Yoh. 5:46; Luk. 24:27, 44, 46)

( Yoh. 5:39)  Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,

(Luk 23:27)  Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. (Luk 24:44)  Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” (Luk 24:46)  Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,

            Fungsi  pertama  dari Alkitab ialah bersaksi  bagi  Tuhan  Yesus. Tuhan  Yesus  itulah  judul dan isi  Alkitab.  Alkitab  merupakan keterangan dan pernyataan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus adalah  firman Allah  yang  hidup, Alkitab sebagai firman yang  tertulis.  Kalau tidak  ada Tuhan Yesus (firman yang hidup)  menjadi  realitasnya, Alkitab  hanya  merupakan doktrin yang kosong,  huruf-huruf  yang kosong.  Sebaliknya, Tuhan Yesus, firman yang hidup, kalau  tidak ada  Alkitab (firman yang tertulis sebagai  pernyataan),  niscaya terlalu  abstrak, sulit dikenal atau dijamah. Tetapi setelah  ada Alkitab  yang  merupakan penjelasan yang jelas dan  tegas,  wahyu yang  bisa dimengerti, Tuhan Yesus dapat dikenal  secara  konkret dan  dipahami secara tegas. Bukan hanya seluruh  Perjanjian  Baru mewahyukan  Tuhan  Yesus, bahkan seluruh  Perjanjian  Lama,  baik (1)  hukum  Taurat  Musa  (2) kitab  Nabi-nabi  atau  (3)  Mazmur (Perjanjian  Lama terdiri dari tiga bagian utama  ini),  semuanya bersaksi  bagi Tuhan Yesus, membicarakan Tuhan Yesus. Kalau  kita ingin  mengenal Tuhan Yesus, tidak boleh tidak  membaca  Alkitab, dan tidak boleh tidak memahami Alkitab.

2.   “Memberi   hikmat  kepadamu  dan  menuntun   engkau   kepada keselamatan” (2 Tim. 3:15)

(2 Tim. 3:15)  Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

            Fungsi Alkitab di samping untuk Tuhan Yesus, juga untuk kita;  di samping bersaksi untuk Tuhan Yesus, juga mendatangkan berkat  dan pembinaan  bagi  kita. Di aspek untuk kita, fungsi  Alkitab  yang pertama ialah memberi kita hikmat yang menyelamatkan,  mewahyukan kepada  kita penyelamatan Allah yang di dalam Kristus, dan  jalan manusia beroleh selamat karena iman, sehingga kita mengenal jalan mendapatkan anugerah serta paham cara penyelamatan.

3. “Dilahirkan kembali” (1 Ptr. 1:23; Yak. 1:18)

            Fungsi  praktis  dari Alkitab yang pertama terhadap  kita  adalah melahirkan kita kembali. Alkitab adalah firman Allah yang  hidup, di dalamnya terkandung hayat Allah yang hidup. Ketika kita dengan iman  menerima firman Alkitab ke dalam kita, firman Alkitab  akan seperti  benih hayat jatuh ke dalam kita, menanamkan hayat  Allah ke dalam kita, sehingga kita memiliki hayat Allah, dan dilahirkan kembali.

Bersambung…

Penutup

Segera dapatkan buku-buku rohani terbaik dan tebaru di toko buku rohani kristen Yasperin di seluruh Indonesia. Yasperin berfokus pada buku-buku rohani klasik tulisan Saudara Watchman Nee dan juga Saudara Witness Lee. Dua orang pecinta Alkitab yang menghabiskan hidupnya untuk mempelajari dan menerapkan Alkitab dari buku kepada kehidupan sehari-hari.

Pikullah Kuk yang Kupasang

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (Matius 11:29)

Sikap Tuhan kita yang terus dipertahankan saat di bumi adalah kelembutan dan kerendahan hati. Bagi kita yang adalah orang Kristen, untuk menemukan perhentian yang Dia berbicara, kita perlu melakukan dua hal: pertama, untuk “pikullah kuk yang Kupasang”; dan kedua, untuk “belajarlah kepada-Ku.” Sebuah kuk adalah batang kayu ditempatkan pada bagian belakang sapi agar tidak bergerak bebas sehingga dapat bekerja dengan tekun. Di tanah Yudea, kuk selalu dipikul bersama oleh dua ekor kerbau bukannya ditempatkan pada satu kerbau. Kuk itu dipasangkan pada kerbau oleh tuannya; dan karenanya Tuhan yang adalah tuan kita mengatakan kepada kita untuk “pikullah kuk-Nya di atas kita.” Kuk ini diberikan kepada kita oleh Allah dan bukan oleh manusia maupun oleh iblis. Hal ini diberikan oleh Allah, dan dipilih oleh kita.

Apapun yang ditentukan oleh Allah, dan jika diambil oleh kita, akan membuat kita bahagia. Jika saya puas, saya akan memiliki kedamaian. Tidak ada alasan untuk menjadi tidak senang karena saya tidak lari dari kuk Allah yang ditentukan Allah untuk saya.

Renungan Alkitab Watchman Nee

Kesaksian Chang Wu Chen

Muridnya

Diselamatkan melalui Watchman Nee

Saya pertama kali bertemu Watchman Nee di Chefoo, provinsi Shantung, pada musim panas tahun 1935. Saya saat itu berusia dua puluh satu tahun. Saya dibesarkan dalam keluarga Kristen dan bersekolah di sekolah Kristen. Meskipun kakek dari ibu saya adalah seorang pendeta Free Methodist, kekristenan meninggalkan kesan yang buruk bagi saya, dan saya menjadi seorang ateis. Namun, Allah sangat baik kepada saya, dan menyebabkan saya bertemu dengan Watchman Nee dan Witness Lee. Melalui mereka, saya menerima keselamatan.

Bibi saya, yang sangat khawatir untuk keselamatan saya, menemukan kesempatan untuk memperkenalkan saya kepada Watchman Nee di ruang tamu Witness Lee. Dia mulai memberitakan Injil kepada saya, dan kami berdebat tentang keberadaan Allah. Dia memberikan banyak alasan untuk membuktikan keberadaan Allah, tetapi saya berpendapat bahwa karena saya tidak bisa melihat Allah, saya tidak bisa percaya pada-Nya. Kemudian dia bertanya, “Apakah kamu bisa melihat segalanya dengan matamu? Apakah kamu menyangkal keberadaan sesuatu hanya karena kamu tidak bisa melihatnya? Misalnya, ada gelombang listrik dan udara di ruangan ini. Bisakah kamu menyangkal keberadaan mereka? Allah bukan fisik; Allah adalah Roh. Kamu tidak bisa menghubungi Allah dengan matamu; kamu harus menggunakan jiwamu. Jika kamu mencari Allah dengan rohmu, kamu akan menemukannya.” Kemudian saya bertanya, “Bagaimana cara saya menghubungi Allah dengan rohku?” Jawabannya adalah, “Hanya berbicara kepada Allah dari dalam, sesuai dengan kebutuhan dan perasaan batinmu.”

Saya pulang dan mulai berdoa sesuai dengan instruksinya. Terima kasih Tuhan! Dia menjawab doaku dan mengubah saya dari dalam. Minggu berikutnya, saya menghadiri pertemuan. Witness Lee memberitakan Injil. Katanya sangat kuat sehingga Tuhan bisa menaklukkan saya, menyelamatkan saya, dan menyatakan keselamatan saya dengan jelas.

Dibantu melalui Publikasinya

Setelah diselamatkan, saya merahasiakan diri saya kepada Tuhan. Tuhan begitu manis dan mustika bagi saya sehingga saya relameninggalkan dunia dan melayani-Nya selama sisa hidup saya. Setelah itu selama dua belas tahun saya tidak melihat Watchman Nee, tetapi terus menerima banyak bantuan melalui publikasi rohani-nya.

Dilatih oleh Watchman Nee

Saya adalah salah seorang yang dilatih oleh sau­dara Watchman Nee dalam sidang latihan pertama di bukit Kuling, Foochow, pada tahun 1948. Saya ikut sidang latihan itu selama hampir empat bulan dan menerima bantuan yang sangat besar darinya. Dalam suatu kesempatan, setelah saya bersaksi, dia memberi komentar/penilaian sebagai berikut:

“Saudara Chang, Anda berkata, bahwa dalam hal rohani adakalanya Anda tidak bisa bangun dan di dalam terasa kering. Saya harap mulai sekarang Anda tidak lagi mempedulikan semua perasaan itu; baik Anda merasa kering atau tidak, jangan peduli. Serahkan saja diri Anda ke dalam tangan Tuhan dan percayalah bahwa Dia mampu, demikian dengan sendirinya Ia akan mem­bawa Anda melampaui hal itu. Banyak kesulitan yang tidak bisa kita atasi sendiri. Namun, ketika kita meman­dang dan mendekat kepada Tuhan, kesulitan itu akan lewat.

Ada satu perumpamaan tentang kelabang. Suatu hari, seekor kelabang hendak berjalan. Ia memandang kakinya dan berpikir, kaki yang keberapa yang harus dilangkahkan dulu. Kaki yang kiri dulu atau kaki yang kanan dulu? Yang kedelapan atau yang kesepuluh du­lu? Kelabang itu terus memikirkannya; hasilnya, kesulitan dalam pikiran menjadilah kesulitan dalam pelaksanaan. Akhirnya, terbitlah matahari. Kelabang itu segera berge­rak ke arah terang matahari tanpa memikirkan kaki yang mana yang harus digerakkan lebih dulu. Ia melupakan bagaimana caranya berjalan dan langsung berjalan. Bila kesulitan pikiran tidak ada lagi, kesulitan pelaksanaan­nya juga akan lenyap.

Semakin Anda mencoba menanggulangi kekering­an, tekanan dan rasa kempis di dalam Anda, Anda akan semakin tidak bisa mengatasinya. Hal-hal itu menjadi suatu persoalan karena Anda sendiri yang membuatnya menjadi persoalan. Jika Anda melupakan hal-hal itu dan membiarkannya lewat, hal-hal itu akan lenyap.

Adakalanya suatu kesulitan bisa diatasi dengan peperangan, tetapi adakalanya kesulitan itu bisa diatasi dengan melupakannya. Banyak hal harus diatasi dengan kekuatan dan keteguhan baru bisa lewat, tetapi pada kesempatan lain, dengan melupakannya saja, persoalan itu sudah beres. Banggalah atas kelemahan Anda, le­paskanlah perontaan dan cara-cara Anda, maka kuasa-Nya akan ternyata atas Anda.

Inilah rahasianya: Mintalah Allah membuat Anda nampak kelimpahanNya dan kemuliaanNya ketika mem­baca Alkitab, berdoa, bersidang atau bersekutu dengan saudara-saudara, dengan sendirinya Anda akan melupa­kan hal-hal itu. Pemenuhan berasal dari melupakan, dan melupakan berasal dari menjamah Tuhan. Begitu Anda menjamah Tuhan, Anda tidak akan memandang diri Anda lagi.”

Setelah mengomentari kesaksian saya, saya ber­tanya kepadanya, “Saya pernah sakit TBC selama satu tahun, pernah sampai muntah darah. Suatu hari, saya mendapatkan firman Allah, saya beriman, dan penya­kit itu sembuh. Tetapi kadang-kadang saya muntah darah lagi dan gejala penyakit itu timbul lagi. Mengapa itu bisa timbul lagi, bagaimana cara mengatasinya?”

Saudara Nee memberi jawaban sebagai berikut:  

“Mengenai perkara kesembuhan, kita harus mem­perhatikan tiga hal: 1) Tidak mencobai Allah; 2) Tidak mengakui gejala; 3) Percaya kasih karunia Tuhan cukup untuk dipakai.

Timotius menderita penyakit lambung yang kronis; Paulus menasihatinya untuk tidak minum air saja. Pada masa itu, orang-orang Yahudi memiliki kolam air di bela­kang rumah mereka untuk menyimpan air hujan atau air yang berasal dari sumber lain. Air dalam kolam itu ter­cemar bakteri dan membuat air itu tidak bersih. Maka, Paulus menasihati Timotius untuk menambahkan sedikit anggur pada minumannya (I Tim.5:23). Anggur memiliki efek menghangatkan dan membantu melancarkan per­edaran darah. Paulus memiliki karunia menyembuhkan, dan dia sudah menyembuhkan banyak orang sakit, tapi dia tidak menyembuhkan penyakit Timotius. Timotius sendiri juga memiliki karunia, tetapi dia tidak bisa me­nyembuhkan penyakit lambungnya. Allah tidak membe­rikan firman. Timotius tidak bisa mengatakan, ‘Ini bukan masalah saya minum air atau anggur.’ 

Tidak. Itu berarti mencobai Allah. Ia tidak seharusnya langsung minum air yang diambil dari empang. Bersandar kepada Allah dan mencobai Allah, di luarnya kelihatannya sama; perbeda­annya terletak pada apakah Anda memiliki firman Allah atau tidak. Dari penampilan luaran bangun dan berjalan karena firman Allah sama dengan bangun dan berjalan tanpa firman Allah. Bangun dan berjalan tanpa firman Allah berarti mencobai Allah; saya berjalan berdasarkan pernyataan bahwa Allah dapat menyembuhkan saya, itu berarti mencobai Allah. Jika memiliki firman Allah, tidak perlu takut terhadap hukum kebersihan. Tetapi jika tidak memiliki firman Allah, tidak seharusnya melanggar hu­kum alam. Lihatlah orang yang lumpuh tangannya. Kare­na Tuhan telah berfirman kepadanya, dia tidak menung­gu sampai gejala penyakitnya berubah baru percaya bahwa dia sudah disembuhkan. Dia dapat mengabaikan gejala itu. Tuhan menyuruhnya meluruskan tangannya, dia pun langsung meluruskan tangannya. Firman Tuhan dapat diandalkan, gejala penyakit tidak dapat diandal­kan. Orang lumpuh tidak menunggu kakinya menjadi lebih kuat lebih dulu baru mengangkat tilamnya dan ber­jalan. Tuhan menyuruhnya mengangkat tilamnya dan berjalan, maka dia pun mengangkatnya dan berjalan. Bi­la Anda memiliki firman Tuhan, Anda tidak perlu meme­riksa denyut nadi Anda atau memeriksa apakah demam Anda sudah hilang. Jika tidak memiliki firman Allah, perlu mengikuti hukum kebersihan dan kesehatan. Tetapi jika memiliki firman Allah, kita dapat menjadi seperti seorang ekstrimis, yang tidak takut apa pun.”

Kemudian saudara Watchman Nee memberikan kesaksian tentang kesembuhan yang dialaminya: 

Saya juga pernah jatuh sakit. Suatu hari Allah memberikan firman-Nya untuk menyembuhkan saya. Sa­ya hanya tahu bahwa saya harus memperhatikan firman Allah dan bukan gejala penyakit saya. Jika Allah berkata saya sembuh, maka firmanNya pasti menghentikan pe­nyakit itu. Jika Anda tetap memandang penyakit Anda, firman Allah akan kehilangan khasiatnya. Saya tidak menjadi senang saat demam saya reda, juga tidak geli­sah saat panas badan saya meninggi. Mata saya tidak tertuju kepada suhu badan saya, melainkan kepada firman Allah. Suhu badan tinggi atau rendah, denyut jan­tung makin cepat atau makin lambat, itu bukanlah Tu­han. Hanya Tuhan yang benar-benar Tuhan. Belajarlah menertawakan suhu badan Anda; tinggi atau rendah itu tidak berarti apa-apa. Belajarlah bersandar kepada firman Allah dan bukan mempercayai gejala penyakit. Ha­nya firman Allah yang sejati; gejala penyakit itu palsu. Bila Allah berkata, “Sudah sembuh.” Penyakit itu sudah sembuh. Jika Anda muntah darah, itulah saat iman Anda diuji. Harus belajar bersandar kepada firman Allah dan jangan mempercayai gejala penyakit, maka gejala penyakit itu akan berubah. Mula-mula, saya juga tidak dapat percaya, karena saya tidak memiliki firman Allah. Tetapi suatu hari firman Allah datang, namun gejala pe­nyakitnya masih sangat serius. Saya bangun dan ber­kata, ‘Tuhan, hardiklah gejala penyakit ini jika itu palsu.’ Demikian satu atau dua jam kemudian, penyakit itu hilang.

Saya mengidap penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit lever, dan penyakit jantung. Pada tahun 1923, saya menderita peritonitis (radang selaput perut). Saya berbaring di ranjang selama satu bulan lebih. Bernafas saja terasa sakit, suhu badan tinggi, sangat menderita. Saat itu saudara Miao meminta beberapa saudara sau­dari datang dan berdoa bagi saya. Ketika dia berdoa, saya tidak merasakan apa-apa. Namun, ketika seorang saudari (M. E. Barber) berdoa, ‘Tuhan, tidak ada seo­rang pun yang memuji Engkau di dalam kubur. Jika saudara kami meninggal, dia tidak akan dapat memuji-Mu,’ segera hati saya terasa lega, walaupun suhu badan masih sangat tinggi dan saya masih menderita sakit. Keesokan harinya, saya bangun dan berjalan ke Pagoda Lo-hsing dan menyelesaikan satu nomor majalah Orang Kristen. Jika Anda tidak memiliki firman Allah, Anda ha­rus dengan baik-baik merawat tubuh Anda; tetapi begitu Anda memiliki firman Allah, Anda sekali-kali tidak boleh lagi memandang kepada gejala penyakit Anda. Anggap­lah gejala penyakit itu sebagai cobaan dan sesuatu yang bohong; ia tidak akan bisa bertahan di sana, ia segera sirna.

Ada penyakit disembuhkan dalam waktu singkat, yang lain tidak demikian. Suatu kali, ketika saya jatuh sakit, saya minta Tuhan menyembuhkan saya. Tuhan berkata, ‘Kesembuhan tidak akan terjadi segera, tetapi kasih karuniaKu cukup bagimu.’ Kemudian Tuhan me­nunjukkan sesuatu kepada saya. Sebuah perahu sedang berlayar di tengah bengawan, di hadapannya terbentang suatu batu karang yang besar, yang menghalangi se­hingga perahu tidak dapat lewat. Tuhan bertanya kepa­da saya, ‘Kamu menghendaki Aku memindahkan batu karang itu supaya kamu dapat lewat, atau menghendaki Aku meninggikan permukaan air, sehingga kamu dapat melampaui batu itu?’ Pada saat itu, saya jelas tentang kehendak Tuhan, dan saya berkata, ‘Tuhan, saya tidak memintaMu menyingkirkan kesulitan ini, saya meminta-Mu menambahkan kasih karuniaMu.’

Tidak ada satu penyakit pun di dunia ini yang tidak bisa diatasi oleh orang Kristen. Jika Anda memiliki firman Tuhan, jangan memperhatikan gejala penyakitnya. Harus percaya bahwa Allah setia. Anda hanya dapat berkontak dengan firman Allah, tidak perlu meminta ban­tuan dari gejala itu, juga tidak perlu takut serangan geja­la penyakit itu. Walaupun batu karang itu tidak bergeser, namun permukaan air terus meninggi, bukan sedikit, melainkan berlebih. Inilah jalan kita.

Ringkasnya, ketiga hal ini harus diperhatikan: (1) Jika tidak ada firman Allah, jangan mencobai Allah; (2) Setelah ada firman Allah, jangan memperhatikan gejala penyakitnya; (3) Jika firman Allah tidak langsung me­nyembuhkan, kasih karuniaNya akan cukup dipakai. Dia tidak pernah bermaksud supaya kita sakit dan tidak memberi kita kasih karunia yang cukup. Meskipun Paulus sendiri menderita sakit, tetapi dia bekerja lebih keras daripada siapa pun. Penyakit tidak pernah bisa menghentikan pekerjaan. Harus belajar menyerahkan diri sendiri kepada Tuhan Sang Benar dan Setia.

Sebulan sebelum menghadiri latihan di Kuling, sa­ya muntah darah dan tinggal di sebuah rumah sakit di Shanghai. Setelah sehat, saya pergi ke Kuling. Itulah sebabnya setelah sembuh saya mengajukan pertanyaan tentang timbulnya gejala penyakit itu. Setelah mene­rima bantuan dan bimbingan saudara Nee, Tuhan me­nunjukkan kepada saya bahwa di alam semesta ini ha­nya dua hal yang sejati: Allah dan firmanNya. Segala hal yang di luar Allah dan firmanNya adalah palsu. Karena saya memiliki firman Allah, saya disembuhkan; dan karena saya sembuh, saya tidak perlu lagi mem­perhatikan gejala penyakitnya. Setelah ada firman Al­lah, semua gejala penyakit adalah dusta. Syukur kepa­da Allah, mulai bulan Juni sampai kini, tahun 1991, selama empat puluh tiga tahun, saya tidak pernah muntah darah lagi, bahkan setitik darah pun tidak. Gejalanya telah hilang sama sekali. Puji Tuhan!

Terkesan dengan Watchman Nee

Setiap kali saudara Watchman Nee ditanya, ja­wabannya selalu langsung pada sasaran, jelas, penuh urapan dan penuh terang. Orangnya wajar dan terbuka, mudah didekati, memiliki kapasitas besar dan hati yang lapang. Dalam perkara rohani, dia telah mencapai tempat yang tinggi, juga telah menjamah hal-hal yang dalam. Terhadap prinsip dan tujuan Allah, dia sangat kaya dalam pemahaman dan penga­laman. Dia sering disalahpahami dan difitnah, tetapi dia tidak pernah berusaha menjelaskan atau membe­narkan diri sendiri. Suatu kali, ada orang bertanya kepadanya, “Saudara Nee, ada orang salah paham terha­dap Anda, mengapa Anda tidak berusaha menjelaskan perkaranya supaya terhindar dari kesalahpahaman?” Dia menjawab, “Saudara, jika orang percaya kepada kita, kita tidak perlu menjelaskan apa-apa, jika orang tidak percaya kepada kita, kalaupun kita jelaskan, apa­kah gunanya?” Dia tidak hanya tidak mau menjelaskan atau membela diri ketika difitnah secara sembunyi­-sembunyi, dia pun tidak mau beralasan atau berbantah bila dimarahi secara terang-terangan. Dia menganggap remeh masalah harta benda. Se­jumlah besar uang mengalir keluar melalui tangannya.

Dia dipercaya menyalurkan sejumlah besar uang da­lam pekerjaan Tuhan dan dia pun menerima banyak uang dalam usahanya. Tetapi, sering dengan tangan yang satu dia menerima, dan dengan tangan yang lain dia menyalurkannya. Suatu kali dia berkata, “Saya yakin, di antara para sekerja di China, saya adalah orang yang paling sering menggunakan uang yang pengha­bisan.” Hal itu memang benar. Orang-orang yang dekat dengan dia tahu, bahwa dia sering tidak memiliki apa-­apa, karena dia tidak menyimpan apa-apa bagi dirinya sendiri. Tetapi bagi pekerjaan Tuhan dan bagi keper­luan gereja, dia mau memberikan apa saja.

Kesaksian Elizabeth P. Rademacher

Seorang Misionaris Barat

Sudah 48 tahun berlalu dari saat terakhir saya bertemu dengan saudara Watchman Nee. Waktu itu adalah bulan Februari 1943, dan Amerika sedang ber­perang dengan Jepang. Kebanyakan orang asing hidup di Pemukiman Internasional di Shanghai, Tiongkok, di ba­wah pengawasan orang Jepang. Semalam sebelum saya ditahan bersama banyak orang Amerika yang lain (se­kerja-sekerja saya adalah orang-orang Inggris), saudara Watchman Nee datang mengunjungi kami tanpa pem­beritahuan lebih dulu; sebagaimana sikapnya mengun­jungi kami empat orang Barat. Setelah menikmati ma­kanan kecil dan bersekutu dengan indah, dia memberi saya sebuah botol tanpa merek yang berisi vitamin kadar tinggi yang diproduksi CBC Laboratories dengan petunjuk, “Minumlah setengah tetes sehari.” Betapa be­sar perhatian dan simpatinya kepada seorang saudari kecil yang akan ditahan selama waktu yang tidak pasti! 

Ketika saya mendengar nama Watchman Nee untuk per­tama kalinya pada tahun 1934, saya tidak tahu apa-apa tentang dia. Menurut anggapan saya, dia adalah seo­rang tua yang berjanggut putih. Saya sedikit pun tidak membayangkan bahwa dia tidak jauh lebih tua dari­pada saya — mungkin saat itu berumur sekitar tiga pu­luh. Beberapa tahun kemudian saya melihatnya untuk pertama kalinya di jalan Hardoon, ketika saya bersama seorang misionaris yang lebih tua menghadiri peme­cahan roti dan sidang istimewa.

Berhuninya Roh Kudus

Pada awal tahun 1938, saudara Watchman Nee memimpin sidang penelaahan Alkitab di gereja di Shanghai, membahas tentang Roh Kudus. Saya berla­tar belakang Pentakosta, tetapi terhadap gerakan Pen­takosta saya merasa agak kacau dan putus asa. Saya ingin mendengar apa yang dikatakannya, berharap dapat menerima bantuan mengenai sejumlah masalah yang membingungkan. Misalnya, mengapa penghidup­an banyak orang yang mengaku sudah menerima pen­curahan Roh Kudus tidak selaras dengan penyataan rohani mereka? Di manakah hidup yang ibadah itu? Mengapa saya menempuh hidup yang kalah? 

Perkataan Tuhan kepada saya melalui saudara Watchman Nee memberikan pengaruh yang revolusio­ner atas hidup saya. Malam itu, ketika saya mendengar dia berkata, bahwa Yesus telah menjadi Roh itu yang berdiam di dalam kita, langit terbuka! Sebelumnya, Tuhan seolah-olah begitu jauh bagiku; kini Dia ada di batin saya dan begitu riil. Ini memecahkan kesulitan saya yang mendasar. Kini saya dapat mencari-Nya di dalam diri saya. Saya pun nampak lebih jauh, bahwa pekerjaan Roh Kudus itu ada dua aspek: Di aspek lahiriah adalah karunia dan penyataan, tetapi yang lebih penting adalah aspek batiniah, yaitu pemenuhan di dalam agar mengubah hayat kita. 

Dia menggunakan satu ilustrasi yang sangat mem­bantu yang memberikan kesan yang tidak dapat saya lupakan: Jika sebuah kendaraan bermuatan berat dija­lankan dengan ban yang kempis, kendaraan itu tentu akan mendatangkan masalah. Ini adalah gambaran umum dari orang-orang yang sering mengalami pen­curahan Roh tanpa memiliki pekerjaan yang memadai dari Roh itu di batinnya. Syukur kepada Allah, saya tidak menjadi kendaraan yang rusak. Kini saya mengerti mengapa begitu banyak orang yang dulu saya kenal itu, akhirnya mereka malah memalukan nama Tuhan.

Pernah sekali dia bersaksi tentang gadis yang dikasihinya dan ditinggalkannya karena Tuhan. Dia mengutip Mazmur 73:25, “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Dia bersaksi bahwa perkataan itu telah menjadi realitasnya. Kesaksian itu mencengang­kan saya. Saya tidak pernah mendengar atau bertemu dengan seseorang yang dapat dengan jujur mengatakan hal itu.

Kerajaan

Penelaahan Alkitab kali itu pun berakhir, tetapi pekerjaan Tuhan di atas diri saya tidak berakhir. Hari Minggu malam sebelum saudara Watchman Nee pergi ke Hongkong dan Inggris, kami enam orang berkum­pul di dekat tungku di rumah pasangan suami istri misionaris. Sebelumnya kami pernah beberapa kali berhimpun secara tidak resmi seperti itu. Biasanya banyak orang Barat yang hadir, makan dan bersekutu bersama, dan mendengarkan dengan penuh perhatian kepada Saudara Nee yang berbicara dengan fasih da­lam bahasa Inggris tentang kerajaan, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pemberitaannya mengenai Roh Kudus. Suatu kali di dalam batin saya tiba-tiba timbul perasaan: Allah se­dang berbicara di sini!

Itu adalah kesempatannya yang terakhir untuk melepaskan bebannya sebelum dia pergi ke luar negeri. Dia mulai dengan mengatakan, “Saya ingin mengata­kan lebih banyak tentang kerajaan.” Dalam pembicara­an itu, dia berkata, “Tuhan memerlukan pemberita ke­rajaan-Nya.” Saat itu saya tergerak, dan saudara Watchman Nee mengetahuinya, lalu berkata, “Jangan takut, Nona Peck.” Demikianlah dengan kuasa pembicaraan Tuhan, saya berubah menjadi seorang yang lain. Puji Tuhan atas hambaNya yang setia, rendah hati dan mudah didekati.

Kenangan Lain

Ada juga kenangan lain yang sangat riil dan merupakan ungkapan kasihnya: suatu hari saudara Watchman Nee dan istrinya datang menjenguk kami. Mereka memberi kami masing-masing sebuah selimut dari kain sutra. Beberapa kali kami diundang makan malam masakan Foochow yang lezat. Suatu kali saya mengambil satu keputusan yang sangat keliru; dan dalam pembicaraan dengannya, dia memberi jawaban, “Kadang-kadang kesalahan kita pun benar.” Perkataan­nya sangat menghibur hatiku.

Dari tahun 1940 sampai awal 1943, terjadi per­ubahan dalam hidup gereja. Kami mulai mengadakan sidang pemecahan roti dan sidang doa di kelompok­-kelompok kecil di beberapa wilayah di kota. Biasanya saudara Watchman Nee melayani sidang hari Minggu pagi, Rabu malam; kadang-kadang memberitakan kepada kaum imani baru pada hari Jumat malam, dan juga pada sidang-sidang istimewa. Saya ingat dia sering menyebut Margaret E. Barber, yang memberinya banyak bantuan dalam awal hidupnya sebagai orang Kristen.

Ministri firmannya memberikan hayat kepada orang lain, dan banyak kesan yang tertanam di dalam saya sehingga tidak dapat dilupakan. Salah satu con­tohnya adalah perkataannya tentang Roma 12:1-2, “Kehendak Allah tidak berlaku bagi orang yang tidak mempersembahkan diri. Persoalannya terletak pada orang macam apakah saya ini? Patutkah saya menge­nal kehendakNya? Semua yang baik belum tentu ada­lah kehendak Allah, tetapi kehendak Allah pasti baik.” Pernah pula, dia berkata kepada kaum imani baru, “Keselamatan tanpa konsekrasi sama seperti rel yang hanya satu. Kita perlu keduanya untuk maju dalam jalan rohani.” Juga perkataan tentang Yohanes 14:6, “Berapa banyak kebenaran yang kamu ketahui yang telah memerdekakan kamu? Kebenaran adalah Kris­tus; jika bagimu kebenaran itu hanya berupa ‘kebenar­an’, itu tidak ada khasiatnya.”

Satu berita tentang kehendak Allah telah menak­lukkan saya. Berita itu menggambarkan kehendak Allah dari kekekalan sampai kekekalan yang akan da­tang. Inti dari pembicaraannya adalah: Pada mulanya hanya ada satu kehendak — kehendak Allah semata, tanpa tentangan apa-apa. Setelah Iblis jatuh, dalam alam semesta timbul kehendak yang kedua — kehen­dak yang memberontak. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia memberi manusia kehendak yang bebas, bisa memilih bersatu dengan Allah atau dengan Iblis. Dalam kekekalan yang akan datang, Iblis dibuang ke dalam lautan api, dan kembali hanya ada satu kehen­dak di alam semesta; tetapi kehendak ini berbeda de­ngan kehendak yang semula. Kehendak ini adalah kehendak Allah dan kehendak manusia yang sepenuh­nya berbaur menjadi satu.

Yakin akan Pimpinan-Nya

Pada tahun 1942, ministri saudara Watchman Nee berhenti. Karena kami tidak selalu tahu gerakannya atau rencananya di tempat-tempat lain, mula-mula hal itu tidak begitu mengherankan bagi kami. Setelah be­berapa minggu berlalu, meskipun saya tidak tahu bah­wa dia diminta berhenti melayani di Jalan Hardoon, saya mulai merasakan adanya arus bawah tanah. Ke­mudian orang-orang Barat pun diminta untuk tidak menghadiri sidang. Entah ini karena serbuan Jepang dan ketakutan disebut mata-mata, saya tidak tahu. Kami selalu gembira ketika saudara Nee mengunjungi kami dengan tidak terduga selama waktu-waktu itu. Saat itu dia sedang mengelola CBC Laboratories, dan pernah dia sendiri membawa kami mengunjungi peru­sahaan itu. Tidak peduli bagaimana perasaan orang lain selama dia “membuat tenda”, kami tidak punya apa-apa selain bersandar dan yakin akan pimpinannya. Bagaimana kami dapat menghakiminya? Karena kese­tiaannya dalam mengikuti Tuhan dan memberitakan firman-Nya, beberapa di antara kami telah dibawa ma­suk ke dalam hidup gereja yang mulia.

Pekerjaan Hati Nurani

Pekerjaan pengudusan dan pembaruan Roh Kudus di dalam manusia berkaitan dan berhubungan dengan pekerjaan hati nurani. Kalau orang beriman ingin dipenuhi Roh Kudus, ingin dikuduskan, ingin hidup sesuai dengan kehendak Allah, ingin sepenuhnya berperilaku menurut Roh, ia tidak bisa tidak mendengarkan suara hati nurani. Kalau kita tidak memberi hati nurani kedudukan yang seharusnya didapat olehnya, kita pasti terjerumus ke dalam kedudukan berperilaku menurut daging. Setia menanggulangi hati nurani adalah langkah  pertama usaha menjadi kudus. Berperilaku menurut hati nurani  adalah tanda kerohanian yang sejati. Kalau orang beriman yang bersifat daging tidak membiarkan hati nurani bekerja dengan tuntas, dia tidak dapat memasuki alam kerohanian. Meskipun orang lain dan dirinya sendiri mengira sudah rohani, tetapi kerohaniannya tidak mempunyai dasar. Dosa dan segala yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan tata krama kaum beriman, kalau tidak ditindak menurut suara hati nurani, berarti dasar kerohanian belum tesusun dengan baik, meskipun di atasnya terbangun banyak cita-cita rohani, semuanya akan runtuh.

Pekerjaan hati nurani adalah bersaksi terhadap kita mengenai sudahkah kita tepat baik terhadap Allah maupun terhadap manusia? Sesuaikah semua yang kita kerjakan, pikirkan, dan ucapkan dengan kehendak Allah? Ketika kehidupan seorang Kristen maju, yang dipersaksikan hati nurani sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus, ketajaman hati nurani lebih maju dari hari ke hari, sehingga bisa lebih padu dengan suara yang diberikan Roh Kudus. Roh Kudus berbicara kepada kaum beriman melalui hati nurani. Teladan Rasul Paulus dapat kita lihat dalam Roma 9:1: “Suara hatiku (hati nuraniku) turut bersaksi dalam Roh Kudus” menunjukkan hal demikian.

Ketika hati nurani kita berkata salah, bagaimanapun juga kita pasti salah. Kalau hati nurani kita sudah menghakimi kita, kita harus segera bertobat, kita tidak bisa menutupinya atau menyuapnya dengan apa pun. 1 Yohanes 3:20 mengatakan “Bilamana hati kita menuduh kita… Allah lebih besar daripada hati kita.” Teguran hati nurani adalah pembicaraannya kepada kita. Kalau kita bersalah, apa yang ditegur hati nurani pasti akan lebih dihakimi oleh Allah. Tingkat kekudusan Allah pasti lebih tinggi dari pada hati nurani kita. Sebab itu, kalau hati nurani berkata kepada kita bahwa kita salah, kita pasti benar-benar salah.

Kalau kita salah, lalu harus bagaimana? Kalau perkaranya belum kita lakukan, lekaslah berhenti; kalau perkaranya sudah dilakukan, harus bertobat, mengakui dosa, mohon darah adi Tuhan mencuci bersih. Yang paling disayangkan, orang beriman hari ini tidak berbuat demikian. Begitu hati nurani menegur, dia berusaha menyuap hati nurani, berkompromi dengan hati nurani, supaya hati nurani tidak mengeluarkan teguran lagi. Dalam keadaan yang demikian, orang beriman lebih mempunyai dua macam cara.

Pertama, memberi alasan kepada hati nurani, dengan alasan menjelaskan penyebab perilakunya. Maksudnya. Maksudnya kalau alasannya bisa diterima, ini pasti sesuai dengan kehendak Allah, hati nurani juga bisa tenang. Akan tetapi, hati nurani sama denga intuisi, tidak beralasan; hati nurani melalui intuisi mengetahui kehendak Allah, apa saja yang bukan dari kehendak Allah akan dihakimi.  Dia hanya berbicara mewakili Allah, dia tidak mempedulikan alasan apa pun. Karena yang harus diikuti orang beriman itu bukan alasan, juga bukan berarti semua perkara yang masuk akal boleh dilakukan; tetapi kehendak Allah yang diwahyukan dalam intuisi baru boleh dilakukan. Kapan orang beriman melanggar perasaan intuisi saat itu juga hati nurani bersuara menghakimi. Penjelasan dari alasan meskipun bisa memuaskan pikiran, tetapi tidak bisa memuaskan hati nurani. Kalau apa yang dihakimi oleh hati nurani belum disingkirkan,  hati nurani pasti tidak menerima alasan apa pun untuk menghentikan penghakimannya. Pada mulanya hati nurani hanya melakukan kesaksian benar atau salah; ketika hayat rohani orang beriman bertumbuh besar, hati nuraninya tidak saja melakukan kesaksian benar salah, juga mempersaksikan apa yang berasal dari Allah dan apa yang bukan berasal dari Allah. Sebab itu, meskipun banyak perkara menurut pandangan orang baik, tetapi kalau bukan Allah yang mewahyukan demikian, itu hanya orang berimannya saja yang aktif, namun akan dihakimi oleh hati nurani juga.

Kemudian, cara yang kedua yaitu orang beriman melakukan banyak perkara untuk menghibur hati nurani. Di satu pihak, orang beriman ini tidak mau menaati suara hati nurani, tidak mau menuruti petunjuknya untuk mendapatkan perkenan Allah, namun di pihak lain, di takut akan penghakiman hati nurani karena ini akan membuat dia tidak tenang, menyebabkan dia merasa tidak nyaman. Oleh sebab itu, dia berusaha melakukan sesuatu untuk menutupinya. Dia melakukan perkara yang baik untuk menggantikan kehendak Allah. Dia pikir, bukankah pekerjaan yang demikian itu sangat baik? Tetapi kalau diteruskan, tidak peduli bagaimana penilaian orang lain, dari sudut pandang Allah sedikit pun tidak berfaedah dalam kerohanian. Tidak tergantung pada berapa banyak lemaknya, tidak tergantung pada berapa banyak kurbannya, tetapi tergantung berapa banyak ketaatannya kepada Allah. Kalau Allah dalam roh mewahyukan barang-barang itu harus dimusnahkan, tidak peduli seberapa baik motivasinya, semuanya tidak dapat menggerakkan hati Allah. Meskipun ada persembahan yang lebih banyak beberapa kali lipat dari pada permintaan Allah, juga tidak bisa menghentikan suara hati nurani. Hati nurani menghendaki kita taat.

Referensi: Orang yang Paling Lembut; Watchman Nee; Yayasan Perpustakaan Injil.

Habis Percaya Diri

Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (Roma 7:24)

Kita semua tahu bahwa tidak ada penyelamat yang berani untuk menyelamatkan orang yang baru saja jatuh ke dalam air. Seorang penyelamat yang bijak akan menunggu sampai orang yang tenggelam telah cukup berjuang sendiri dalam air dan mulai menyerah berjuang.

Dengan cara seperti ini hari ini Allah mengijinkan anak-anak-Nya untuk berjuang dan berjuang sampai mereka menyadari betapa sia-sia usaha mereka karena mereka hanya mendapatkan diri mereka ke posisi yang lebih berbahaya. Tuhan akan menunggu sampai kekuatan mereka habis dan mereka sendiri menilai bahwa mereka sedang sekarat. Pada saat itu, pemikiran mereka berjalan seperti ini: Jika Tuhan tidak menyelamatkan saya, saya tidak bisa mempertahankan diri saya bahkan untuk satu menit; jika Tuhan tidak menyelamatkan saya, saya pasti akan mati! Sampai saat itu Tuhan mengacungkan tangan penyelamatan-Nya. Setiap kali kaum beriman telah habis untuk percaya pada dirinya sendiri, Tuhan sepenuhnya akan menyelamatkan dia pada saat itu.

Sebelum dan Sesudah Peremukan

Remuknya insan lahiriah merupakan pengalaman asasi setiap orang yang melayani Allah. Ketika seorang yang melayani Allah sedang bekerja ada dua kemungkinan yang akan timbul. pertama karena insan lahiriahnya belum diremukkan, maka roh nya tidak bergerak, tidak bebas, tidak punya kuat kuasa, sebaliknya pikiran dan emosinya yang bekerja. Dia seorang yang pandai pikirannyalah yang bekerja; dia seorang yang bergairah emosinyalah yang bekerja, pekerjaan demikian tidak akan menyebabkan orang berjumpa Allah. Kedua Karena insan lahiriahnya tidak terpisah, maka ketika rohnya keluar masih tercampur pikiran atau emosi, inilah campur baur, tidak bersih. Pekerjaan sedemikian bisa menyebabkan orang mendapatkan pengalaman yang campur aduk dan tidak bersih. Kedua macam keadaan ini menyebabkan kita tidak bisa melayani Allah dengan sebaik-baiknya.

Bila kita ingin bekerja secara efektif, ada satu pengkuan asasi yang harus pernah kita kukuhi, yaitu “Rohlah yang memberi hidup” (Yoh 6:63). Lambat atau cepat kita akan mengakui hal ini, tidak perduli pikirannya mampu memperoleh banyak orang, tidak peduli emosinya mampu memperoleh berapa banyak orang. Hanya Rohlah yang mampu member hidup kepada kita. pikiran anda yang terbaik tidak mampu memberi hidup kepada orang, emosi anda yang terunggul tidak mampu memberi hidup kepada orang. Kita bisa hidup hanya karena Roh, perkataan Tuhan selalu merupakan fakta. Setelah melewati banyak kesengsaraan dan kegagalan, banyak pekerja Tuhan baru sungguh-sungguh nampak fakta ini. Terbebaskannya roh mengakibatkan orang dosa dilahirkan kembali dan umat saleh terbangun. Ketik hayat tersalur melalui roh, maka orang yang menerimanya akan dilahirkan kembali, dan ketika hayat tersuplai kepada kaum beriman mereka terbangun. Tanpa Roh tidak akan ada kelahiran kembali dan pembangunan.

Ada satu hal yang sangat ajaib, yaitu Allah tidak pernah bermaksud memisahkan Roh-Nya dengan roh kita. Ada beberapa tempat dalam alkitab yang terdapat kata “roh” yang tidak dapat kita bedakan dengan jelas termasuk roh siapa, roh manusia atau Roh Allah. Tidak ada satu macam pendapat pun yang bisa kita ambil sebagai patokan, karena Roh kudus dan roh manusia tidak dapat kita pisahkan. Roh kudus denga roh kita memang ada bedanya tetapi tidak mudah kita pisahkan. Kita bisa mengatakan Roh kudus tinggal didalam roh kita, tetapi sangat sukar bagi kita untuk memisahkan yang mana roh kita dan yang mana Roh Allah.

Karena itu keluarnya roh tidak hanya keluarnya roh manusia tetapi juga keluarnya Roh kudus melalui roh manusia. Keluarnya Roh Allah, adalah juga keluarnya roh manusia. Kalau anda mampu menyebabkan orang menjamah roh anda, sungguh puji syukur kepada Tuhan karena itu berarti juga Roh Allah sudah dijamah oleh orang itu. Roh anda telah membawa Roh Allah ketengah-tengah manusia. Ketika Roh Allah bekerja, perlu roh manusia yang mengantarkan. Ini mirip dengan cara kerja arus listrik yang berbeda dengan kilat. Arus listrik memerlukan kabel listrik sebagai pengantarnya, Bila kita ingin  mendapatkan arus listrik kita perlu kabel listrik untuk mengantarkan arus listrik kepada kita. demikian juga Roh Allah memerlukan roh manusia sebagai pegantar-Nya

Setiap orang yang beroleh rahmat, Roh kudus pasti berdiam di dalam roh nya. Karen itu bisa tidaknya seseorang dipakai Allah bukan tergantung pada rohnya, melainkan tergantung pada insan lahirahnya. Adanya kesulitan pada seseorang dikarenakan insan lahiriahnya belom diremukkan dan pada dirinya tidak ada jalan yang berberkas darah, tidak ada luka, tidak ada bekas luka, karena itu Roh Allah terbelenggu di dalam roh manusia sehingga tidak bisa keluar.

Referensi: Remuknya Insan Keluarnya Roh; Watchman Nee; Yayasan Perpustakaan Injil.

Berbuat Dosa dan Berubah Setia

TUHAN berfirman kepada Musa: “Apabila seseorang berbuat dosa dan berubah setia terhadap TUHAN, dan memungkiri terhadap sesamanya barang yang dipercayakan kepadanya. (Imamat 6:1-2)

Jika orang yang mempercayakan kepada kita dengan lima puluh dolar, kita mungkin akan setia. Tetapi jika kita dipercayai lima puluh sen, kita akan mungkin tidak begitu jujur; karena jumlahnya kecil, kita tidak akan menganggapnya penting. Meskipun demikian, perilaku sedemikian akan menyalahi orang lain, dan itu akan menyebabkan kita kehilangan persekutuan kita dengan Allah. Jika kita diminta untuk membawa surat, kita tidak dapat benar-benar membuka dan membaca isinya, namun kita mungkin ingin memeriksa dari bagian luarnya. Sekarang untuk meliriknya tidak sengaja bukanlah masalah, tetapi akan salah jika kita berharap untuk menyelidiki rahasia orang lain. Perbuatan sedemikian dapat menghambat penghidupan kita dan dari memiliki persekutuan yang intim dengan Allah. Saya takut banyak yang tidak mempelajari Alkitab dengan baik karena dosa tersebut tidak ditanggulangi. Jika kita tidak setia dan tidak berurusan dengan itu, kita mungkin kehilangan kebebasan persekutuan dengan Allah yang begitu penting untuk dipertahankan.

Renungan Alkitab Watchman Nee