Selanjutnya di tanah Kanaan bukan saja Abraham tinggal di tiga tempat yang memiliki makna rohani yang kaya, tetapi juga mengalami tiga ujian: mengalami bencana kelaparan, Lot memilih tanah, menyelamatkan Lot dan menolak harta Sodom. Ketiga ujian ini membuat Abraham menjadi orang yang semakin matang dan mengenal Allah. Ujian pertama, “Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu” (Kej. 12:10). Allah berjanji akan memberikan tanah Kanaan kepada keturunannya dan membawa Abraham ke Betel. Namun, Abraham justru terus berjalan ke Negeb, dekat Mesir. Akhirnya karena kelaparan Abraham turun ke Mesir. Sampai di Mesir, ia berbohong, ia dimarahi oleh Firaun, mendapat malu yang besar (Kejadian 12:11-20). Kemudian ia kembali ke tanah Kanaan. Itulah ujian yang pertama. Pengujian ini menyingkapkan Abraham mau tempat ini atau tidak. Abraham tidak melihat betapa berharganya tempat ini. Setelah Abraham gagal di Mesir, ia belajar suatu pelajaran, yakni mengetahui pentingnya tanah Kanaan, mengetahui berbohong itu salah, menipu itu tidak benar, dan menjadi umat Allah yang dimarahi oleh orang Mesir adalah hal yang memalukan. Akhirnya Abraham kembali ke tempat semula (Kej. 13:1-3). Di tempat ini, ia bisa memuliakan Allah.
Setelah ujian pertama, Abraham menghargai tanah Kanaan namun mudah sekali dengan kekuatan daging atau diri sendiri mempertahankan tanah tersebut. Sebab itu datanglah ujian kedua, “Juga Lot, yang ikut bersama-sama dengan Abram, mempunyai domba, dan lembu dan kemah. Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama. Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot” (Kej. 13:5-7). Kemudian Abraham berkata kepad Lot, “Baiklah pisahkan dirimu dari padaku, jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri” (Kej. 13:9). Melalui perkara ini di satu pihak Allah merampungkan panggilan-Nya atas diri Abraham supaya Abraham pergi dari sanak saudaranya. Panggilan Allah hanya kepada Abraham, sedangkan Lot tidak. Ini menunjukan orang yang mendapatkan panggilan Allah untuk menjadi satu ministri, tidak bisa membawa orang yang tidak mendapat¬kan panggilan Allah bersama-sama menjadi minister. Di pihak lainnya, Allah memberi Abraham satu pelajaran yaitu tanah Kanaan yang dijanjikan Allah kepadanya, tidak perlu ia pertahankan dengan cara daging. Kita harus belajar, terhadap barang yang Allah berikan kepada kita, kita percaya Allah bisa menjaganya, tidak perlu kita dengan cara dunia menjaganya. Semoga Tuhan membelaskasihani kita, menyelamatkan kita dari tangan kita sendiri, terlepas dari cara kita sendiri. Setelah melewati pengujian yang kedua, Abraham benar-benar telah maju; kini ia datang dan menetap di Hebron (Kej. 13:18)
Ujian ketiga berkenaan dengan tertawannya Lot (Kej. 14:11-12). Ketika Abraham mendengar berita ini, “maka dikerahkannyalah orang-orangnya yang terlatih, yakni mereka yang lahir di rumahnya, tiga ratus delapan belas orang banyaknya, lalu mengejar musuh sampai ke Dan” (Kej. 14:14). Tidak peduli bagaimana perlakuan Lot kepadanya, dia masih menganggap Lot adalah saudaranya sendiri. Abraham menang terhadap egonya sendiri. Hanya orang yang berdiri pada kedudukan Hebron, persekutuan, baru bisa melakukan peperangan rohani. Peperangan memerlukan kekuatan. Untuk memiliki kekuatan, di dalam batin harus tidak ada rasa tidak terima. Abraham berhasil merebut kembali seluruh tawanan dan juga harta benda yang dirampas musuh. Berkatalah raja Sodom kepada Abraham, “Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu” (Kejadian 14:21). Sebaliknya, kata Abraham kepada raja Sodom, “Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasutpun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya.” Abraham berdiri pada satu kedudukan yang memperlihatkan kepada semua orang, selain TUHAN, tidak ada seorangpun yang dapat memberinya sesuatu.
Abraham sama dengan kita, kaum beriman, hari ini. Ia pernah gagal ketika dia turun di Mesir. Kegagalan merupakan cara Allah menanggulangi kita supaya kita mengenal bahwa panggilan Allah adalah berasal dari rahmat Allah, bukan karenan kebaikan kita. Seperti halnya melalui Lot Allah mendisiplin Abraham, demikian juga Allah akan menuntaskan panggilannya kepada setiap dari kita dan melepaskan kita dari mempertahankan dan melindungi diri sendiri. Ketika Abraham dibawa Allah terlepas dari ego dan memenangkan peperangan, maka Melkisedek menjumpai dia. Karena di sini ada seorang yang berdiri bagi Allah di bumi, maka Melkisedek berkata, bahwa Allah adalah “TUHAN, Pemilik langit dan bumi.” Ini menyatakan, karena sekarang di bumi ada Abraham yang berdiri bagi Allah, maka tidak hanya langit adalah milik-Nya, bumi juga milik-Nya. Kiranya di atas kita, kaum beriman-Nya, Allah bisa mendirikan kerajaan-Nya di bumi.
Referensi: Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub; Watchman Nee; Yayasan Perpustakaan Injil.