Abraham dan Tanah Kanaan

Setelah panggilan kedua, Abraham tinggal di Kanaan. Allah menampakan diri-Nya kembali kepada Abraham. Dalam perjalanan  tanah Kanaan, Alkitab mencatat ada tiga tempat dimana dia mendirikan mezbah bagi Allah: Sikhem, Betel, dan Hebron. Tercatat pula bahwa tiga kali Abraham mengalami ujian dari Allah. Sebab itu, perlu memperhatikan ciri dan makna dari ketiga tempat ini serta juga pengujian yang Abraham terima sebagai suatu pengalaman yang perlu dipelajari dan dialami oleh umat Allah hari ini.

Tempat pertama adalah Sikhem, “Abram . . . sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More . . . ketika itu TUHAN menam­pakkan diri kepada Abraham dan berf’irman: Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu. Maka didirikan­nya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya” (Kejadian 12:6-7). “Sikhem” berarti “bahu”. “Bahu” adalah bagian yang paling kuat di atas diri manusia. Sebab itu, “Sikhem” berarti “kekuatan”. Hayat Tuhan adalah hayat yang membuat orang puas (Yoh. 4:16). Orang yang di dalamnya puas adalah orang yang di dalamnya paling kuat sehingga memiliki kekuatan untuk memikul pikulan berat.  Di Sikhem ada pohon tarbantin di More. “More” da­lam bahasa aslinya berarti “pengajar/guru” atau “penga­jaran”; ini berhubungan dengan aspek pengetahuan. Ini berarti pengetahuan adalah hasil dari kekuat­an. Dengan kata lain, pengetahuan rohani yang sejati ber­asal dari mendapatkan kekuatan Kristus. Dalam perkara ro­hani “orang yang pandai” mungkin malah harus menempuh jalan yang berliku-liku, karena ia bersandar kepada kepan­daiannya sendiri, sehingga ia meninggalkan jalan rohani le­bih jauh. Yang Allah ingin berikan adalah adalah pengetahuan yang di dalam. Allah perlu bejana untuk memulihkan kesaksian-Nya dan cara Allah mendapatkannya melalui memberi kepuasaan, kekuatan kehidupan. Pengetahuan yang berasal dari inilah yang akhirnya bisa dibagikan kepada orang lain. Di depan Allah, kita harus waspada terhadap satu hal, yaitu jangan memberitakan teori kepada orang. Kita sendiri harus mempunyai barang rohani, baru bisa mem­bagikan barang ini kepada orang lain.

Tempat kedua, “Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebe­lah timur Betel. la memasang kemahnya dengan Betel di se­belah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN” (Kejadian 12:8). “Betel” dalam bahasa aslinya berarti “Rumah Allah.” Ciri tanah Kanaan yang lain adalah “umat Allah adalah bait Al­lah”. Ini menunjukan bahwa tujuan Allah ingin mendapatkan bait, rumah bagi-Nya. Hanya memiliki pengalam Sikhem, kekuatan, tidak cukup dan perlu  maju terbangun dengan anggota tubuh Kristus lainnya sehingga terbangun menjadi rumah Allah, bukan batu yang berserakan. Allah perlu mendapatkan bejana-bejana yang terlepas dari pekerjaan egoistis dan melihat bahwa Tubuh Kristus adalah suatu kehidupan bukan hanya sekedar prinsip semata. Karena itu selanjutnya dijelaskan bahwa kemah harus didirikan diantara Betel dan Ai. “Ai” dalam bahasa aslinya berarti “tumpukan”. Yang diwakili Ai adalah ciptaan lama. Kalau kita mengarah kepada rumah Allah, kita harus membelakangi tumpukan yang kersang. Hal ini menunjukan bahwa jika hari ini kita ingin menjadi bejana bagi rumah Allah dan terhindar dari hanya sekedar menjadi tumpukan yang berserakan, maka kita perlu menjadi umat Allah yang mengalami pemberesan kehidupan daging dan hayat alamiah. Satu hal yang menyebabkan kaum beriman tidak bisa berkoordinasi dengan baik dan terbangun satu dengan lainnya, ialah kehidupan ciptaan lama yang terlalu kuat. Kiranya satu hari Allah membawa kita sampai suatu taraf, sehingga kita nampak, diri kita ti­dak berguna, diri kita tidak bisa diandalkan. Kemudian, de­ngan sendirinya kita bisa hidup di dalam rumah Allah.

Tempat ketiga, “Sesudah itu Abram memindahkan kemahnya dan menetap di dekat pohon-pohon tarbantin di Mamre, dekat Hebron, lalu didirikannyalah mezbah di situ bagi TUHAN” (Kejadian 13:18). “Hebron” dalam bahasa Ibrani berarti “persekutuan”. Hebron ada se­telah Betel menunjukan bahwa tanpa rumah Allah, tidak ada persekutuan. Setelah nampak rumah Allah, kehidupan Tubuh Kristus, barulah kita dibawa ke dalam persekutuan. Di Hebron juga ada pohon tarbantin yang disebut pohon tarbantin di Mamre. “Mamre” dalam bahasa Ibrani berarti “subur”, “kuat”. Hasil dari persekutuan adalah subur dan kuat. Semua kesuburan, semua kelimpahan dan semua kekuatan, berasal dari persekutuan.

Dalam pengalaman Abraham, Allah khusus memilih tiga tempat ini untuk menjadi tempat la mendirikan mezbah. Ini berarti, penerimaan, perkenan, pengharapan, pandangan Allah berada di ketiga tempat ini. Ini berearti sebagai umat Allah kita perlu memiliki pengalaman ketiga tempat ini. Segala pengetahuan rohani haruslah berasal dari kekuatan Kristus. Namun Allah ingin kita memperhatikan rumah-Nya terbangun dengan anggota tubuh yang lain. Kapankala nampak mengenai Tubuh Kristus, maka tidak bisa tidak bersekutu dengan anggota tubuh yang lain. Ketika seseorang pernah ditanggulangi dagingnya, dan ia nampak Tubuh Kristus, dengan sendirinya ia akan bersekutu dengan orang lain, dan ia merasakan saudara saudari yang paling lemah pun bisa memberi suplai kepadanya.

Referensi: Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub; Watchman Nee; Yayasan Perpustakaan Injil.

Leave a Reply