REAKSI ORANG BERIMAN

Pembacaan Alkitab: Mat. 6:13; 5:38-38

Separuh atau lebih dari kehidupan manusia berada dalam reaksi. Mendengar perkataan orang lain, kita akan merasa senang atau gusar; bila ada orang me­laku­kan sesuatu, kita akan merasa baik atau tidak baik; bila kita diusik, kita akan jengkel atau kesal hati; bila orang bersalah terhadap kita, kita akan marah-marah; bila orang memfitnah kita, kita akan membela diri; bila kita dianiaya, kita bersabar hati; semua itu tak lain ialah suatu reaksi. Karena itu, kalau kita menganalisis kehidupan manusia, kita dapat menemukan bahwa ke­hi­dupan manusia lebih dari separuh berada dalam reaksi. Sebagai orang Kristen, kita juga hidup dalam reaksi, hanya saja reaksi kita berbeda dengan reaksi orang yang tak beriman (percaya). Dari reaksi sese­orang dapatlah kita ketahui keadaan orang itu. Tidaklah patut kalau reaksi orang yang tak beriman dimiliki oleh orang Kristen; dan tidaklah mungkin reaksi orang Kris­ten bisa dimiliki oleh orang yang tak beriman. Untuk mengenal seseorang, Anda dapat menge­tahuinya dari macam reaksi yang ia tampilkan.

Matius 5:38-48 adalah ayat-ayat yang mutlak mem­bicarakan masalah reaksi. Marilah kita melihatnya sekali lagi. “Kamu telah mendengar yang difirmankan: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi” (ayat 38). Perkataan ini berarti kalau orang melukai mataku, aku akan membalas me­lukai matanya; kalau orang memukul aku hingga gigiku tanggal, aku pun membalasnya demikian. Anda berbuat bagaimana, aku pun berbuat begitu. Inilah yang disebut reaksi. Reaksi macam inilah yang dinyatakan orang pada zaman dulu, yakni pada zaman hukum Taurat Perjanjian Lama.

Tetapi Tuhan berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu” (ayat 39a). Maksud Tuhan, kamu harus mempunyai reaksi yang berkebalikan, kamu tidak sepatutnya me­lawan orang yang jahat. Selanjutnya Tuhan mengatakan tiga perkara, yang merupakan ayat Alkitab yang di­ketahui banyak orang, yaitu “Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” (ayat 39b-41). Pipi kiri, jubah, dan berjalan sejauh dua mil, semuanya merupakan reaksi orang Kris­ten. Kalau permintaan orang adalah pipi kanan, baju dan berjalan sejauh satu mil, maka reaksi kita sebagai orang Kristen ialah memberikan pipi kiri, jubah, dan berjalan sejauh dua mil. Ayat-ayat dalam Matius 5 ini, dari awal hingga akhir, menunjukkan reaksi kehidupan orang Kristen haruslah berbeda.

“Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari kamu” (ayat 42). Kalau ada orang meminta kepada Anda, beri­lah kepadanya; kalau ada orang ingin meminjam dari Anda, janganlah Anda tolak, kecuali Anda tidak punya. Semua itu adalah reaksi. “Kamu telah mendengar yang difirmankan: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu” (ayat 43). Inilah reaksi orang-orang yang berada di bawah hukum Tau­rat. Kalau Anda sesamaku, reaksiku ialah kasih, tetapi kalau Anda musuhku, reaksiku ialah benci. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (ayat 44). Reaksi orang Kristen berbeda. Anda harus mengasihi musuh Anda dan berdoa baginya, walau ia menganiaya Anda. “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (ayat 45). Ini­lah reaksi Allah. Allah tak pernah memberi reaksi yang tidak baik terhadap manusia. Entah orang itu benar atau tidak benar, Allah tetap menerbitkan matahari baginya; entah orang itu baik atau jahat, Allah pun te­tap menurunkan hujan baginya.

Dikatakan selanjutnya, “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?” Kalau orang mengasihi Anda, otomatis reaksi Anda juga mengasihi­nya. Kalau demikian apakah upah Anda? “Bukankah pe­mungut cukai juga berbuat demikian?” (ayat 46). Jika orang Kristen hanya berbuat demikian, itu sama dengan pe­mungut cukai. Reaksi demikian terlalu mudah dan terlalu murah. “Apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?” (ayat 47). Jika kita hanya memberi salam kepada saudara saja, tidak memberi salam kepada yang bukan saudara; atau memberi salam hanya pada waktu tidak ada urusan, dan tidak memberi salam pada waktu ada urusan, apakah bedanya kita dengan orang yang tidak mengenal Allah? “Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna” (ayat 48). Ini berarti da­lam masalah reaksi, kita seharusnya sama seperti Allah kita. Jika reaksi kita benar, jalan kita pun akan benar; jika reaksi kita benar, prinsip kehidupan kita pun akan benar.

Pertanyaan:

  1. Seseorang dapat dikenal dari reaksinya. Apa maksudnya?
  2. Reaksi yang bagaimana yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang imani?
  3. Mengapa terkadang reaksi kita lebih mirip dengan reaksi orang dunia?
  4. Jika ada orang meminjam uang atau barang kepada Anda, bagaimana reaksi Anda?
  5. Bagaimana agar kita dapat menjadi sempurna seperti Bapa?

Referensi: Reaksi Kaum Imani, Watchman Nee, Yayasan Perpustakaan Injil

Leave a Reply