PUJI-PUJIAN

 

Pembacaan Alkitab: Mzm. 22:4; 146:2; Ibr. 13:15; Mzm. 106:47, 12; 50:23

Memuji adalah pekerjaan anak-anak Allah yang tertinggi, atau pernyataan hidup rohani kaum saleh yang tertinggi. Takhta Allah adalah titik tertinggi bagi Allah dalam alam semesta, namun Allah “bertakhta di atas puji-pujian Israel.” Nama Allah, diri Allah, dijun­jung tinggi dan diagungkan karena puji-pujian.

Dalam mazmur, Daud mengatakan bahwa ia sendiri berdoa tiga kali sehari kepada Allah (Mzm. 55:18), ia juga mengatakan bahwa ia sendiri memuji-muji Allah tujuh kali sehari (Mzm. 119:164). Tidak saja demi­kian, ia bahkan memerintahkan orang-orang Lewi menyanyikan syukur dan puji-pujian di hadapan tabut Allah dengan memainkan gambus dan kecapi (1 Taw. 16:4-6). Tatkala Salomo selesai membangun Bait Allah, ada orang-orang Lewi berdiri di sebelah mezbah dengan ceracap, gambus, kecapi, dan nafiri, serentak menyanyikan puji-pujian dan syu­kur kepada Tuhan. Saat itu kemuliaan Tuhan memenuhi rumah Allah (2 Taw. 5:12-14).

Kitab Mazmur tidak saja mazmur puji-pujian, juga memuat mazmur penderi­taan. Allah sengaja menunjukkan kepada kita bahwa orang yang memuji itu telah dipimpin Allah melewati kesesakan dan kesulitan yang membuat perasaan mereka terluka. Kita nampak banyak orang saleh di­pimpin Allah memasuki jurang yang gelap, terbuang, terfitnah, dan teraniaya — “Segala gelora dan gelombang-Mu bergulung melingkupi aku” (Mzm. 42:8), namun di atas diri mereka Allah beroleh puji-pujian. Jadi, kata-kata puji-pujian bukan hanya keluar dari mulut mereka yang hidupnya enak dan lancar, lebih-lebih dari mereka yang menderita ganjaran dan ujian. Ketika umat Allah mengalami banyak ke­sesakan, kesukaran, dan fitnahan, saat itulah Allah men­ciptakan puji-pujian di atas diri mereka, agar dalam situasi seperti itu mereka dapat bel­ajar menjadi pemuji-pemuji Allah.

Sifat puji-pujian di hadapan Allah ialah sebagai suatu kurban. Ibrani 13:15 mengatakan, “Sebab itu, marilah kita, melalui Dia, senantiasa mempersembahkan kurban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang me­muliakan nama-Nya.” Apa artinya kurban? Kurban berarti ada kematian dan kerugian. Orang yang mempersem­bahkan kurban harus menderita kerugian baru ia dapat mempersembahkan kurban. Allah ber­kenan kepada orang yang memuji-Nya sedemikian; Allah suka bertakhta di atas puji-pujian yang sedemikian. Bagai­manakah puji-pujian yang ingin diperoleh Allah? Ia ingin beroleh puji-pujian melalui penderitaan kerugian anak-anak-Nya, bukan karena mereka telah mendapatkan sesuatu. Prinsip kurban ialah ber­dasarkan kerugian. Allah menghendaki meskipun kita menderita kerugian, namun tetap dapat memuji. Itulah artinya kurban.

Kita tidak saja harus menyadari bahwa puji-pujian itu suatu kurban, kita pun harus menyadari bahwa puji-pujian merupakan cara untuk beroleh kemenangan da­lam peperangan rohani. Sebenarnya yang paling diganggu Iblis bukan­lah doa, melainkan puji-pujian. Iblis sering mempersulit Anda, sehingga Anda me­rasa tidak mudah untuk berdoa, ini memang satu fakta. Akan tetapi, Iblis tidak saja mengganggu doa, ia lebih-lebih mengganggu puji-pujian dari anak-anak Allah. Yang paling diharapkan Iblis ialah puji-pujian kita ter­sumbat. Kalau berdoa sering kali merupakan peperang­an, maka memuji adalah kemenangan. Berdoa adalah peperangan rohani, sedangkan memuji adalah meme­gahkan kemenangan rohani. Kapan kala kita bisa me­muji, pada waktu itu pula Iblis pasti lari. Sebab itu puji-pujian paling dibenci Iblis. Tetapi bila anak-anak Allah semakin mengenal Allah, mereka akan semakin nampak bahwa penjara Filipi pun bisa menjadi tempat untuk memuji (Kis. 16:25). Paulus dan Silas memuji-muji Allah dalam penjara itu, akhirnya pintu-pintu penjara terbuka semuanya.

Puji-pujian mengandung satu elemen, yakni percaya. Anda tidak dapat memuji tanpa alasan, Anda tidak dapat sembarangan mengatakan, “Aku bersyukur dan memuji kepada Tuhan.” Anda ha­rus percaya dulu, baru Anda dapat memuji. Bila ada kesulitan, Anda berdoa; bila ada dukacita, Anda ber­doa. Berdoa sampai sedemikian rupa, hati Anda bisa percaya, setelah itu Anda harus segera membuka mulut memuji. Jika Anda memuji Dia karena percaya, niscaya Anda nampak mu­suh akan lari dengan kekalahan. Percaya dulu, baru da­pat memuji. Dan harus percaya dan memuji dulu, kemudian baru ada kemenangan.

Jika Anda di hadapan Tuhan dapat me­muji, setiap perasaan luka akan berubah menjadi pera­saan puji-pujian. Roh Anda bisa membubung sangat tinggi, dan Anda bisa berkata di hadapan Allah, “Puji syukur kepada-Mu, ya Allah. Apa yang Kau perbuat ti­dak salah.” Jalan yang sedemikianlah yang patut Anda tempuh di hadapan Tuhan. Tidak ada satu perkara yang bisa mem­buat orang menjadi manis dan matang seperti halnya kurban puji-pujian. Hendaklah kita belajar tidak hanya menerima pengaturan Roh Kudus, tetapi juga memuji pengaturan Roh Kudus; tidak hanya menerima tangan Tuhan, tetapi juga menyanyikan dan memuji tangan Tuhan; tidak hanya menerima pukulan-pukulan Tuhan, tetapi juga menerimanya dengan rela dan suka hati. Ka­lau demikian, terbukalah di sana satu pintu yang lurus dan mulia bagi Anda.

Pertanyaan :

  1. Menurut Alkitab, apa saja keistimewaan puji-pujian ?
  2. Dalam hal memuji Tuhan, teladan apa yang bisa kita petik dari Daud, Paulus, dan Silas?
  3. Apa yang dimaksud dengan mazmur penderitaan? Jelaskan.
  4. Apa yang dimaksud dengan mempersembahkan korban syukur?
  5. Apa kaitan antara memuji dengan percaya atas pengaturan Allah?

Referensi: Puji-Pujian, Watchman Nee, Yayasan Perpustakaan Injil

Leave a Reply